Umar Patek: Anak Muda Jangan Belajar Agama Hanya dari Internet
Reporter
Antara
Editor
Endri Kurniawati
Sabtu, 23 November 2019 08:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Terpidana kasus terorisme Umar Patek menyarankan agar anak muda tidak belajar agama Islam hanya dari internet, tetapi juga harus berguru kepada ulama. Terutama ulama yang memiliki pemahaman yang wasathiyah atau moderat.
"Seharusnya anak-anak muda ini dipahamkan ajaran agama Islam yang lurus, jangan hanya sepotong-sepotong, tidak utuh atau bahkan hanya belajar lewat online," kata Umar dikutip dari siaran pers di Jakarta, Jumat, 22 November 2019. Ia mengatakan penyebaran radikalisme kini lebih banyak melalui internet, tidak seperti zaman dulu yang harus bertatap muka.
Umar Patek yang kini aktif membantu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan program deradikalisasi terhadap para napi terorisme lainnya mengaku tidak ingin ada anak muda yang mengikuti jejaknya dulu.
Umar Patek alias Hisyam bin Alizein bahkan menekankan agar anak muda tidak mudah termakan oleh iming-iming janji surga yang instan. "Ketika mereka hanya berbicara masalah akhlak, ibadah dan lain-lain silakan. Tetapi ketika sudah masuk unsur-unsur kekerasan itu sudah tanda bahwa ini adalah bagian dari kelompok yang berpaham radikalisme."
Umar mantan anggota JEmaah Islamiyah yang paling dicari oleh Pemerintah Amerika Serikat, Australia, Filipina, dan Indonesia karena keterlibatannya dalam aksi terorisme saat itu. Amerika pernah menjanjikan hadiah sebesar US$1 juta kepada siapa saja yang bisa menangkapnya atau memberikan informasi untuk menangkapnya Umar Patek, guru bomber Noordin M Top, yang dilumpuhkan Densus 88.
Umar dan istrinya ditangkap oleh aparat Kepolisian Pakistan. Patek disebut-sebut adalah alumnus Afganistan tahun 1990-an. Ia dikabarkan pernah berjuang bersama Front Pembebasan Islam Moro (MILF) di Mindanao pada tahun 1995. Umar juga disebut-sebut menjadi instruktur di kamp militer Jemaah Islamiyah di Hudaibiyah, Filipina.
Pada peristiwa Bom Bali I, Umar berperan sebagai peracik dan perangkai bom, memantau kondisi lapangan, menggambar denah lokasi, serta mencocokkan waktu dan tempat.
Setelah Bom Bali I, Umar Patek dikabarkan berpindah-pindah lokasi untuk menghindari penangkapan dirinya. Pemerintah Amerika sendiri pernah menawarkan hadiah US$1 juta atau sekitar Rp 8,6 miliar bagi peringkus Umar Patek.
ANTARA | EKO ARI WIBOWO