Warga mengungsi di Mapolres Jayawijaya saat terjadi aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin, 23 September 2019. Komandan Kodim (Dandim) 1702/Wamena Letkol Inf Chandra Diyanto mengatakan warga sipil yang meninggal akibat demo anarkis di Wamena mencapai 17 orang. ANTARA
TEMPO.CO, Jakarta - Polri menyatakan kericuhan di Kota Wamena, Provinsi Papua, yang terjadi Senin lalu, 23 September 2019, akibat masyarakat termakan berita bohong atau hoaks.
"Boleh dikatakan penyebaran berita hoaks yang memicu kejadian yang ada di sana. Saat ini ditangani," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi pada Senin lalu.
Dedi pun menjelaskan bahwa koordinasi terus dilakukan oleh Mabes Polri dengan Kapolres Wamena. Massa dimnta untuk tenang agar kerusuhan tak meluas.
Unjuk rasa di Kota Wamena berujung rusuh diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena. Siswa pun marah dan kabar tersebut meluas lalu memicu protes pelajar.
Massa pun membakar rumah, kantor pemerintah, gedung PLN, dan beberapa kios milik masyarakat.
"Pendekatan lunak dilakukan kepada tokoh agama, tokoh adat, agar tidak terprovokasi dengan sebaran berita hoaks," ucap Dedi.
Buntut ricuh di Wamena tersebut operasional Bandar Udara Wamena pun dihentikan sementara.
Kepala Bandara Wamena Joko Harjani mengakui operasional bandara ditutup sementara hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Anggota TNI Lakukan Penyerangan ke Polres Jayawijaya, Kapendam: Sudah Tersangka dan Ditahan
56 hari lalu
Anggota TNI Lakukan Penyerangan ke Polres Jayawijaya, Kapendam: Sudah Tersangka dan Ditahan
Lima prajurit Yonif 756/WMS yang menjadi pelaku penyerangan terhadap Polres Jayawijaya di Wamena, telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Pomdam XVII/Cenderawasih.