Keamanan Nduga Tak Stabil, TNI - Polri Dianggap Penyebabnya

Reporter

Halida Bunga

Rabu, 14 Agustus 2019 16:12 WIB

Dokumentasi foto lokasi pembangunan jembatan kali Yigi diperlihatkan pada konpers kasus pembunuhan pekerja pembangunan di Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa, 4 Desember 2018. Para pekerja yang menjadi korban itu sedang membangun jembatan di Kali Yigi dan Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Theo Hesegem, Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, menganggap pasukan TNI dan Polri biang dari ketidakstabililan keamanan dan sosial di Kabupaten Nduga.

Maka dia meminta Presiden Jokowi segera menarik pasukan dari sana.

"TNI dan Polri adalah aktor utama ketidakstabilan daerah yang mengakibatkan ribuan pengungsi Nduga," kata Theo Hesegem dalam paparan pelanggaran HAM di Nduga di kantor Amnesty International Indonesia, Jakarta, hari ini, Rabu, 14 Agustus 2019.

Korban kekerasan pasca-operasi keamanan di Kabupaten Nduga, Papua mencapai 182 orang sejak Desember 2018 hingga Juli 2019. Operasi keamanan dipicu penyerangan terhadap para pekerja proyek infrastruktur sehingga 31 pekerja tewas.

Menurut Theo, korban meninggal disebabkan tembakan aparat TNI dan Polri, kekerasan fisik seperti pemukulan dan perampasan, sakit, dan melahirkan di pengungsian dan hutan.

Para pengungsi Nduga yang jumlahnya puluhan ribu orang juga terkena penyakit. Berdasarkan catatan tim kesehatan GKID Klasis Port Numbay, penyakit yang diidap adalah infeksi saluran pernapasan, anemia, mialgia, diare, dan disentri.

Menurut laporan Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, 184 korban meninggal terdiri dari 69 pria dewasa, 21 perempuan dewasa, 20 anak laki-laki, dan 21 anak perempuan. Juga menewaskan 14 balita perempuan, 12 balita laki-laki, 17 bayi laki laki, dan 8 bayi perempuan.

Jika ditotal, korban meninggal di Nduga didominasi perempuan dan anak sebanyak 113 orang.

HALIDA BUNGA

Berita terkait

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

16 jam lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

17 jam lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

1 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

1 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

2 hari lalu

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

Tes Kompetensi Dasar (TKD) Penerimaan Calon Taruna Akademi TNI 2024 menggunakan computer assisted test (CAT) Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

2 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

2 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

3 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

3 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya