TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Fadli Zon, berharap pada ulang yang ke-58 tahun Presiden Joko Widodo atau Jokowi bisa memperhatikan rakyat Indonesia.
Baca: Gerindra Tolak Dikaitkan dengan Kerusuhan Jakarta
"Semoga di usia ke-58 ini beliau bisa melihat bahwa keadaan bangsa ini masih sangat memprihatinkan dan masih banyak anak bangsa saya kira menuntut keadilan," ujar Fadli di Kompleks DPR, Jakarta, Jumat, 21 Juni 2019.
Menurut dia, penilaian bagi seorang pemimpin yakni dari kinerja. Fadli menyebutkan kebijakan yang diambil saat berkuasa menjadi penentuan penilaian rakyat.
"Warisannya apa? dia mau dikenang sebagai apa? Mau dikenang sebagai pemimpin yang banyak utang atau pemimpin yang berhasil membawa pembangunan atau pemimpin yang betul-betul dicintai oleh rakyat atau tidak," kata Fadli.
Fadli menekankan apa yang menjadi suara rakyat, apa yang menjadi tuntutan rakyat itu harus didengarkan. "Jangan hanya kepentingan kekuasaan, kan itu tidak akan lama," kata dia.
Ia memberikan contoh bekas pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev yang banyak mendapat sanjungan di luar negeri. Respon itu, kata Fadli, berbanding terbalik di dalam negeri. Dia menyebutkan ketika Gorbachev lewat saja tidak ada rakyat yang bakal menegur. "Karena dia yang membuat Uni Soviet menjadi pecah belah, hancur, disintegrasi."
Dalam pesan kepada Jokowi, Fadli kembali menyinggung soal warisan seorang pemimpin. "Apa yang ditinggalkannya, yang ditinggalkan itu suatu kejayaan atau yang ditinggalkan itu suatu penderitaan," kata dia.
Warisan penderitaan, kata Fadli yakni utang, kehidupan rakyat susah, dan sulitnya mencari pekerjaan. Menurut dia, kalau sekedar ingin berkuasa dengan mudah bisa dilakukan dengan cara curang. Politisi Partai Gerindra ini menyebutkan malah kalau rezim diktator kalau sekedar mencari kekuasaan bisa menggunakan senjata.
"Jadi inilah pesan ulang tahun saya untuk Pak Jokowi."