Kematian Petugas KPPS Disimpulkan Akibat Gagal Jantung dan Stroke

Reporter

Antara

Editor

Elik Susanto

Senin, 13 Mei 2019 15:53 WIB

Warga memakamkan jenazah Sunaryo (58) di Tempat Pemakaman Umum Rangkah, Surabaya, Rabu, 24 April 2019. Almarhum meninggal setelah bertugas menjadi Ketua Kelompok Penyelenggaran Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 13 Kelurahan Kapas Madya Baru, Kecamatan Tambaksari. ANTARA/Didik Suhartono

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, Tri Hesty Widyastoeti, mengatakan kematian petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) paling banyak disebabkan penyakit jantung dan stroke. "Terbanyak karena gagal jantung dan stroke," kata Tri Hesty di kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia di Jakarta, Senin, 13 Mei 2019.

Baca Juga: Polisi Usut Penyebar Hoaks Petugas KPPS Tewas Diracun

Menurut Tri Hesty, hasil investigasi Kementerian Kesehatan di 17 provinsi menemukan sebanyak 445 petugas KPPS meninggal. Sedangkan mereka yang sakit dan dirawat mencapai 10.007 orang.

Kementerian Kesehatan mendata kasus kematian paling banyak di Provinsi Jawa Barat. Adapun yang sakit di DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Petugas KPPS meninggal umumnya berusia 50 sampai 59 tahun, disusul usia 40 sampai 49 tahun. "Sebanyak 29 persen korban meninggal dunia berusia 50 tahun."

Tri Hesty melanjutkan, kematian petugas KPPS paling banyak terjadi di luar rumah sakit dan korban umumnya meninggal tidak pada saat pencoblosan 17 April 2019. Mereka meninggal beberapa hari setelah tanggal 17 April, yaitu pada 21 sampai 25 April dan 26-30 April. "Sebab kematian ada beberapa yang belum diketahui, tetap kami terus telusuri," kata dia.

Kementerian Kesehatan, kata Tri Hesty, terus menerus berkoordinasi dan telah membentuk satuan tugas untuk menangani kasus tersebut. Di samping mendata angka yang sakit dan korban meninggal, Kementerian juga memeriksa kesehatan para petugas KPPS.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih, mengatakan bahwa kematian petugas KPPS bukan karena kekelahan. Penyebab meninggalnya lebih dari 400 petugas di seluruh Indonesia itu lantaran penyakit yang sudah dideritanya.

“Menghadapi kasus kematian mendadak dalam jumlah besar dalam kurun waktu yang singkat, IDI berpendapat bahwa kelelahan bukanlah penyebab langsung kematian. Namun dapat menjadi salah satu faktor pemicu atau pemberat sebab kematian,” kata Daeng.

Menurut Daeng, petugas KPPS yang menjadi korban meninggal telah memiliki riwayat penyakit. Sehingga saat mendapatkan pekerjaan yang berat kemudian kelelahan, memicu atau memperberat penyakit yang dideritanya.

“Kelelahan yang memicu penyakit tertentu, penyakit itu yang menyebabkan kematian. Kelelahan hanya salah satu faktor risiko saja yang memicu atau memperberat menjadi suatu penyakit, jadi bukan karena kelelahan,” kata Daeng.

Daeng Faqih menegaskan, IDI sebagai organisasi profesi siap membantu semua pihak untuk melakukan penelitian mendalam. Dibutuhkan investigasi yang obyektif dan berbasis keilmuan terhadap kejadian kematian petugas KPPS tersebut.

Ahli penyakit dalam Zubairi Djoerban menyebutkan, faktor kelelahan, dehidrasi, dan stress dapat memicu terjadinya serangan jantung dan stroke yang bisa menyebabkan kematian. Hal tersebut, kata Zubairi, bukanlah faktor tunggal. Ada faktor-faktor lainnya yang memperparah penyakit. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih mendalam untuk memastikan apa penyebab kematian petugas KPPS.

Berita terkait

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

5 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

20 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

26 hari lalu

Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

Jubir OIKN sebut video viral soal kandungan gas di wilayah IKN adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Berterima Kasih ke KPPS karena Pinjamkan HP untuk Keperluan Negara

29 hari lalu

Ketua KPU Berterima Kasih ke KPPS karena Pinjamkan HP untuk Keperluan Negara

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengucapkan terima kasih kepada anggota KPPS dalam sidang sengketa hasil Pilpres di MK.

Baca Selengkapnya

Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

38 hari lalu

Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

Ketua BTN Sumardji menduga kembang api yang muncul di dekat lokasi Timnas Indonesia latihan berasal dari pesta rakyat setempat.

Baca Selengkapnya

CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

40 hari lalu

CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

TikTok disorot sebagai sarang penyebaran misinformasi maupun disinformasi.

Baca Selengkapnya

Apresiasi MK Hapus Pidana Berita Bohong, ICJR: Jaminan Hak Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat

41 hari lalu

Apresiasi MK Hapus Pidana Berita Bohong, ICJR: Jaminan Hak Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat

Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) mengapresiasi putusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus pidana berita bohong.

Baca Selengkapnya

MK Hapus Pasal Keonaran dan Berita Bohong, Fatia Maulidiyanti: Pasal Ini Hukumannya Berat

41 hari lalu

MK Hapus Pasal Keonaran dan Berita Bohong, Fatia Maulidiyanti: Pasal Ini Hukumannya Berat

Ketua AJI Indonesia Sasmito Madrim mengatakan putusan MK yang menghapus pasal 14 dan 15 UU 1 Tahun 1946 merupakan angin segar bagi jurnalis.

Baca Selengkapnya

Dituduh Bikin Sepatu Bergambar Bendera Israel, Ini Kata Nike

47 hari lalu

Dituduh Bikin Sepatu Bergambar Bendera Israel, Ini Kata Nike

Sebuah video memperlihatkan sepasang sepatu Nike bergambar bendera Israel menjadi viral disertai seruan untuk memboikot produsen alat olahraga itu.

Baca Selengkapnya

Debunking Lawan Berita Hoax, Politeknik Tempo Kembali Menggelar Pelatihan Bersama Tim Cek Fakta Tempo

47 hari lalu

Debunking Lawan Berita Hoax, Politeknik Tempo Kembali Menggelar Pelatihan Bersama Tim Cek Fakta Tempo

Komunitas Pers Politeknik Tempo (KORSTE) kembali menggelar pelatihan lanjutan cek fakta. Pelatihan keempat kali ini dipandu oleh Ika Ningtiyas.

Baca Selengkapnya