Cerita Menteri Pendidikan Malaysia Soal Mahathir Senang Bekerja
Reporter
Friski Riana
Editor
Rina Widiastuti
Jumat, 11 Januari 2019 12:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Malaysia Mazlee Malik menceritakan sifat Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Meski berusia 93 tahun, Mahathir senang bekerja.
Baca: Mahathir Menang Pemilu, Jadi Perdana Menteri Malaysia Lagi
"Saya pernah hadir ke kantor beliau saat pagi. Beliau di umur 93 tahun masuk kantor jam 8 pagi, keluar kantor jam 8 malam. Itu 93 tahun ya. Biasanya kakek-kakek kita, 93 tahun, duduk diam di pusara atau hanya duduk berehat-rehat," kata Mazlee saat memberikan ceramah berbagi praktik baik pendidikan Malaysia di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat, 11 Januari 2019.
Ketika masuk ke kantor Mahathir, Mazlee melihat tumpukan dokumen dan laporan yang menggunung di atas meja kerja. Merasa penasaran, ia pun bertanya kepada Mahathir bagaimana cara mengendalikan stres di usia yang tak lagi muda.
"Bagaimana Bapak mengurus stres di umur semacam ini. Dia kata, 'Mana stres, saya tidak nampak stres'. Saya kata, itu timbunan file, report, dokumen itu kan stres," katanya.
Baca: Mahathir Mohamad Dianugerahi Doktor Kehormatan di Kampus Thailand
Mahathir, kata Mazlee, menyampaikan bahwa tumpukan dokumen dan laporan tidak membuatnya stres. Yang akan membuat Mahathir stres justru jika tidak ada bekerja atau mengerjakan tugas dan hanya duduk-duduk beristirahat. Menurut Mazlee, Mahathir memegang prinsip bahwa kehidupan harus diisi dengan mengerjakan tugas dan berkiprah.
Selain itu, Mazlee menuturkan bahwa Mahathir kerap menyebut usianya baru 39 tahun. "Kemudian dia kata, 'Kenapa dengan usia saya? Saya lagi (masih) muda baru 39'. Wah jiwa muda. Sudah 93 disangkakan umurnya 39. Saya bilang kalau Bapak 39, saya belum lahir lagi. Belum wujud," ujar Mazlee sambil bergurau.
Mazlee mengatakan, Mahathir sempat menyampaikan kepadanya rahasia umur panjang dan bertenaga. Salah satu kiatnya adalah tidak banyak tidur. Keinginan seseorang untuk tidur biasanya meningkat ketika usia bertambah. Mahathir, kata Mazlee, menyaksikan banyak rekan-rekannya meninggal. "Kenapa? Karena usia semakin meningkat, terutama selepas pensiun mau tidur saja. Mau rehat-rehat, libur-libur, tidur. Tidur-tidur langsung tidak bangun," katanya.
Menurut Mazlee, Mahathir menyarankan, ketika usia bertambah harus bekerja dan melawan keinginan untuk tidur. Namun, di waktu istirahat, Mahathir biasanya tidur hanya 5 menit sesuai sunnah untuk mendapatkan tenaga baru.
Kiat kedua, Mazlee menyebutkan, yaitu membaca buku, terutama buku fiksi. Baru-baru ini, kata dia, Mahathir libur kerja selama enam hari. Itu pun setelah dipaksa. Di waktu liburnya, Mahathir membaca buku. "Dia kata tidak boleh liburan. Bila membaca dia rasa hidupnya semakin...," ucap Mazlee tanpa melanjutkan kalimatnya.
Berdasarkan kiat kedua Mahathir, Mazlee menilai bahwa setiap manusia meningkatkan budaya membaca dan menjadikannya sebagai cara hidup atau way of life. Membaca, kata dia, jangan sekedar dilakukan ketika ada tugas atau karena profesi sebagai dosen dan siswa. "Kita membaca karena kita ingin tahu. Kita membaca karena sudah jadi amanat. Kalau tidak baca kita akan resah," ujarnya.