Kemenkes Jamin Ketersediaan Pelayanan Reproduksi Korban Tsunami

Reporter

Antara

Editor

Amirullah

Jumat, 4 Januari 2019 13:52 WIB

Sejumlah pengungsi korban Tsunami Selat Sunda salat bersama dalam kegiatan Istighosah pada malam tahun baru 2019 di pengungsian Labuan, Pandeglang, Banten, 31 Desember 2018. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi seperti kesehatan ibu hamil dan bayi pasca tsunami Selat Sunda melanda Banten dan Lampung.

Baca: Tanggap Bencana Tsunami Selat Sunda di Lampung Berakhir Besok

"Dalam situasi bencana, yang menangani ibu hamil dan bayi atau kesehatan reproduksi remaja adalah pelayanan kesehatan reproduksi," kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat, 4 Januari 2019.

Kemenkes, kata Nila, menyediakan akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan anak dalam masa tanggap darurat bencana, seperti untuk mengantisipasi ibu hamil yang akan bersalin. Selain itu, Kemenkes menyiapkan rumah sakit sebagai rujukan apabila terjadi masalah serius pada ibu hamil.

Jika rumah sakit rujukan tidak tersedia, akan dipastikan keberadaan petugas kesehatan di puskesmas atau pos kesehatan agar dapat melakukan pelayanan darurat untuk obstetri dasar dan perawatan neonatal. Nila melanjutkan, layanan oleh petugas kesehatan juga dilakukan melalui bimbingan dan konsultasi dengan tenaga yang lebih ahli.

Advertising
Advertising

Lebih lanjut, Nila mengatakan, bencana juga dapat memicu kekerasan seksual pada perempuan. Hal itu, bisa terjadi dipicu karena kondisi infrastruktur wilayah terdampak bencana yang rusak.

Baca: Retakan Gunung Anak Krakatau, Kemungkinan Tsunami Sangat Kecil

Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah tenda dan toilet tidak terpisah antara perempuan dan laki-laki, lokasi sumber air bersih yang jauh dari pengungsian, tidak tersedianya penerangan yang memadai karena aliran listrik terputus, dan tidak ada sistem keamanan di pengungsian, seperti ronda malam.

Untuk mencegah hal tersebut, kata Nila, perlu koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Sosial agar menempatkan kelompok rentan di pengungsian.

Selain itu, diupayakan MCK laki-laki dan perempuan disediakan terpisah, namun jika tidak memungkinkan diharapkan adanya kesadaran dari masyarakat untuk saling menjaga.

Selain itu, Nila mengatakan, perlu penerangan yang cukup dan memastikan pintu MCK dapat dikunci dari dalam. Dilakukan juga koordinasi dengan penanggungjawab keamanan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual.

Berita terkait

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

1 hari lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

2 hari lalu

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

Badan Geologi menaikkan status Gunung Ruang menjadi Awas dan memperingatkan potensi lontaran batuan pijar dan tsunami.

Baca Selengkapnya

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

2 hari lalu

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi seperti yang terjadi di Garut, menurut BMKG sering disusul dengan bencana lainnya seperti tanah longsor, pohon tumbang, bahkan tsunami.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Meningkat Lagi, Gunung Ruang Kembali Berstatus Awas per Hari Ini

2 hari lalu

Aktivitas Meningkat Lagi, Gunung Ruang Kembali Berstatus Awas per Hari Ini

Dengan naiknya status aktivitas Gunung Ruang tersebut, daerah bahaya kembali diperlebar menjadi radius 6 kilometer. Termasuk waspada potensi tsunami

Baca Selengkapnya

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

3 hari lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

3 hari lalu

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

Kapolda Papua Barat Irjen Johnny Eddizon Isir mengajak masyarakat Distrik Aifat, Maybrat, yang masih mengungsi kembali pulang

Baca Selengkapnya

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

4 hari lalu

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran membantah banyak wisatawan pulang mendadak dan sebabkan kemacetan pasca-guncangan gempa pada dinihari tadi.

Baca Selengkapnya

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

4 hari lalu

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

Warga Depok merasakan guncangan gempa 6,5 magnitudo yang terjadi pada Sabtu malam. Titik gempa di laut selatan Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

5 hari lalu

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

BMKG memperbarui informasi gempa yang mengguncang kuat dari laut selatan Pulau Jawa pada Kamis menjelang tengah malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

5 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa tersebut dirasakan di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo hingga Kabupaten Pohuwato.

Baca Selengkapnya