Tujuh Curhat Masyarakat kepada Sandiaga Sepanjang 2018
Reporter
Ryan Dwiky Anggriawan
Editor
Syailendra Persada
Senin, 31 Desember 2018 12:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno hampir selalu mendapatkan keluhan dari masyarakat di setiap kunjungannya ke daerah-daerah. Keluhan warga itu kebanyakan merupakan permasalahan seputar ekonomi.
Baca: SBY Turun Gunung Bantu Prabowo - Sandiaga Hadapi Debat Capres
Berikut keluhan-keluhan yang didapat Sandi dalam minggu terakhir di 2018 menurut siaran pers tim media Prabowo-Sandi yang diterima Tempo:
1. Langkanya Pasokan Kakao di Indonesia
Direktur Utama Pabrik Cokelat PT Kakao Industri di Kendari, Sulawesi Tenggara Ahmad Zaki Amiruddin mengeluhkan langkanya pasokan kakao dari perkebunan di Indonesia. "Sekarang bahan baku sangat sulit didapat. Padahal tahun 2000 Indonesia surplus Kakao," kata Ahmad kepada Sandiaga yang berkunjung ke Kendari pada Senin, 24 Desember 2018. Sayangnya, kata Ahmad, saat ini pengusaha harus mengimpor dari Ekuador dan Pantai Gading, Afrika, untuk memenuhi produksi.
Ahmad juga mengatakan kebutuhan Kakao masih sangat besar untuk keperluan industri cokelat di dunia. Menurut Ahmad, Indonesia seharusnya bisa menjadi pemain dalam penghasil Kakao terbesar di dunia.
Sandiaga berjanji jika memenangi Pilpres 2019 akan menghubungkan kakao rakyat dengan dunia usaha dan pemerintah dalam konsep public private partnership. Termasuk di dalamnya penanaman kembali yang melibatkan tiga pihak tadi. "Dalam kondisi ekonomi seperti ini, tidak tepat kita melakukan kebijakan impor padahal kita punya sumber daya, hanya tinggal dimaksimalkan," kata Sandiaga.
2. Langkanya Solar, Izin Melaut, dan Tidak Terserapnya Ikan Laut yang Didapat
Keluhan ini disampaikan oleh dua nelayan bernama Haji Anwar dan Haji Syamsurizal saat Sandiaga berkunjung ke Tempat Pelelangan Ikan Bebda Galesong Utara, Takalar, Sulawesi Selatan, Selasa 25 Desember 2018 lalu.
“Solar langka sekali pak. Kami terkadang tidak melaut. Ini menganggu produksi dan kadang banyak kapal nelayan yang tidak bisa melaut,” kata Anwar kepada Sandiaga seperti dalam siaran persnya.
Anwar juga mengeluhkan harga jual ikan yang menyedihkan, yang menurutnya membuat para nelayan turun omsetnya. "Harga ikan di pagi hari dengan harga di siang hari bisa berbeda, bahkan hingga 90 persen. Harga ikan katakanlah, sepuluh ribu rupiah, nah makin siang dan sore harganya bisa hanya seribu rupiah,” ujar Anwar.
Sedangkan, Syamsurizal kepada Sandiaga mengeluhkan tentang Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPA) yang menurutnya menyulitkan. "Selain solar yang langka, Surat Ijin Penangkapan Ikan juga menyulitkan kami pak yang punya kapal 30 GT. Kalau bisa pak, kebijakan ini diubah atau kalau bisa dipermudah,” ujar Syamsurizal.
Sandiaga berjanji akan mencarikan solusi dari keluhan para nelayan. "Kami akan fokus pada penciptaan dan penyediaan lapangan kerja, harga-harga kebutuhan pokok stabil serta terjangkau. Inshaa Allah 2019 Nelayan Sejahtera,” kata Sandiaga.
<!--more-->
3. Naiknya Harga-harga Telur Saat Natal
Keluhan ini datang dari pedagang pasar bernama Rose di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, saat Sandi mengunjungi Kabupaten itu pada Rabu, 26 Desember 2018. "Harga telur di Sinjai dari dua puluh delapan ribu, naik ke tiga puluh lima ribu dan sekarang harganya di empat puluh lima ribu rupiah. Terigu juga naik. Mungkin karena hari raya (natal) pak. Yang lain masih naik-turun pak,” ucap Rose kepada Sandi.
Menanggapi keluhan itu, Sandiaga mengatakan pemerintah seharusnya hadir ketika harga-harga kebutuhan pokok, seperti telur, mengalami kenaikan. Menurut Sandiaga, telur adalah sumber protein yang harganya paling terjangkau oleh masyarakat.
“Di Jakarta, kami sudah pernah mencoba untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok melalui food station. Tidak hanya stabil, tapi juga terjangkau. Sehingga ketika hari besar seperti sekarang ini, harga masih stabil. Semua kebutuhan kan bisa dihitung. Misalnya berapa per hari telur yang dikonsumsi warga Sinjai. Data ini penting untuk menjaga pasokan,” tutur Sandi menjawab keluhan itu.
4. Langkanya Rotan, Sulitnya Modal Usaha, dan Harga Rotan yang Terus Naik
Ketika menemui pengusaha rotan pada Jumat, 28 Desember 2018 lalu, Sandiaga mendapatkan keluhan soal langkanya bahan baku. Seorang pengusaha bernama Nurhayati mengatakan khawatir Desa Trangsan sebagai daerah kerjainan rotan akan hilang jika kelangkaan bahan baku terus berlanjut.
Ia kemudian membandingkan kondisi industri rotan di Indonesia dengan Vietnam. Menurut dia, Vietnam yang dulunya memiliki standar produksi rotan di bawah Indonesia kini menjadi lebih baik. “Karena Vietnam pemerintahnya sangat support pengusaha rotannya. Di sini banyak yang menggantungkan kehidupannya di industri ini Pak. Jika pabrik kami tutup, berapa banyak orang yang kehilangan pekerjaan,” ujar Nur.
Sandiaga mengatakan solusi dari permasalahan ini adalah menghentikan ekspor rotan mentah. "Bayangkan petani rotan di Kalimantan mengaku stok berlimpah, bahkan harga jual turun. Tapi di desa Trangsan, harga rotan terus naik. Ini ada sesuatu yang tidak beres,” kata Sandi.
Sandi kemudian menceritakan pernah memiliki perusahaan rotan yang ditutup pada 2002 lantaran permasalahan yang sama. Menurut dia, ternyata kondisi pengusaha rotan kian hari kian buruk.
5. Naiknya Harga-harga Kebutuhan Pokok
Keluhan ini datang dari seluruh peserta diskusi bersama Sandi yang merupakan perwakilan dari Desa Kartasura, Gatak, Baki, dan Grogol di Desa Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Jumat, 28 Desember 2018 lalu.
Dalam siaran persnya, semua peserta diskusi menjawab 'naik' saat Sandi bertanya soal harga-harga bahan kebutuhan pokok.
"Listik naik atau turun? Harga-harga naik atau turun? BBM naik atau turun? Naik atau naik banget?" tanya Sandi pada para peserta diskusi. "Naik banget," kata warga seperti dalam siaran pers itu.
Sandiaga kemudian memberi janji jika dirinya bersama Prabowo Subianto dipercaya melayani masyarakat Indonesia di pilpres 2019 nanti. Janji itu, bahwa ia dan Prabowo akan menciptakan dan menyediakan lapangan kerja dan juga harga-harga yang stabil nan terjangkau.
<!--more-->
6. Turunnya Permintaan Genting Rumah
Keluhan ini datang dari seorang pekerja perusahaan genting Sari Bumi bernama Wicaksono di Desa Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kepada Sandiaga, ia khawatir permintaan genting di Desa Weru sedikit menurun dan terancam dengan pengganti genting impor.
"Sekarang agak menurun. Apalagi dengan keterbatasan alat. Juga banyak masuk genting impor," kata Wicaksono kepada Sandi.
Menjawab keluhan itu, Sandiaga berujar ia bersama Prabowo Subianto akan fokus pada ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat itu menurut Sandi seperti ekonomi yang menggerakkan desa dan ekonomi akar rumput seperti pemberdayaan sentra industri desa dan pertanian. "Jika tertata dengan baik akan tercipta lapangan kerja," ujar Sandi.
7. Keluhan dari Joko Widodo
Keluhan ini bukan datang dari Joko Widodo presiden RI saat ini, namun Joko Widodo seorang pengusaha cor logam dari Klaten, Jawa Tengah saat Sandi berkunjung ke Klaten , Sabtu, 29 Desember 2018 lalu. Kepada Sandi, Joko Widodo mengeluhkan sulitnya mendapat bahan baku untuk keperluan industri cor logam.
"Para pengrajin cor logam di daerah ini Pak, kalau dolar naik, harga logam, bahan baku logam pun ikut naik. Belum lagi makin banyak impor. Ini yang membuat kami khawatir Pak, impor ancaman serius bagi industri cor logam kecil dan menengah,” kata Joko Widodo pada Sandi.
Simak: Sandiaga: Setop Hamburkan Uang untuk Acara Seremonial
Kepada Joko Widodo, Sandiaga mengatakan akan menggenjot produksi nasional. "Indonesia kaya. Tapi mengapa kok masih terus berutang dan impor. Jika berutang terus kita makin mudah didikte. Bangsa ini hanya akan menjadi penonton, bukan pemain,” kata Sandiaga.