Kiprah Generasi Muda Islam Penting untuk Jadi Solusi Masalah Bangsa
Jumat, 28 Desember 2018 11:19 WIB
INFO NASIONAL - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid mengapresiasi dan mendukung rencana generasi muda Islam Indonesia, yang tergabung dalam organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), yang akan terlibat langsung menjadi relawan dalam memantau serta mengawasi pelaksanaan pemilu 2019.
Hal tersebut diungkapkan Hidayat setelah mendengar langsung rencana tersebut dari Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) KAMMI Irfan Ahmad Fauzi dalam acara audiensi antara Hidayata dan delegasi PP KAMMI di ruang kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III, Kompleks MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis, 27 Desember 2018.
“Saya sangat apresiasi dan dukung rencana tersebut dan memang inilah harapan kita semua. Kiprah generasi muda mahasiswa Islam yang tidak hanya teori, tapi aksi dan menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa,” ujarnya.
Kiprah positif generasi muda Islam Indonesia KAMMI tersebut, menurut Hidayat, juga untuk menjawab berbagai kesalahpahaman tentang Islam, seperti radikal, non-NKRI, non-Pancasila, dan lainnya.
“Ada lagi kiprah KAMMI sebagai generasi muda Islam Indonesia yang positif , yang saya ketahui sangat luar biasa, seperti menjadi relawan bersama elemen masyarakat dan elemen pemuda berbeda agama dan suku lainnya, langsung ke lokasi bencana tsunami yang memporak-porandakan wilayah pesisir Banten, Jawa Barat. Hal-hal baik seperti itu harus diperhatikan generasi muda Islam Indonesia. Sebab, jika diam saja, kesalahpahaman-kesalahpahaman tentang Islam akan terus ada,” ucapnya.
Hidayat juga mengingatkan hal tersebut sangat penting. Kiprah dan peran generasi muda Islam Indonesia saat ini untuk bangsa serta negara harus lebih baik dari kiprah dan peran para generasi muda Islam Indonesia pada era perjuangan dahulu.
“Sekali lagi saya tegaskan peran KAMMI mengawasi dan memantau pemilu 2019 itu adalah menjadi bagian dalam menyukseskan pemilu 2019 supaya betul-betul demokratis dan mengarah pada seperti yang dikatakan Bapak Habibie ke demokrasi proporsional, demokrasi suara terbanyak yang tidak lagi mengenal dikotomi mayoritas minoritas. Jika memang dalam kompetisi demokrasi seperti pemilu elemen mayoritas menang, bukan berarti rekayasa politisasi elemen tertentu sehingga menjadi menang,” katanya. (*)