BMKG: Tsunami Selat Sunda Akibat Erupsi Gunung Anak Krakatau

Senin, 24 Desember 2018 16:57 WIB

Sejumlah warga mulai melakukan aktivitas pasca tsunami di Desa Way Muli, Kalianda, Lampung Selatan, Lampung, Senin 24 Desember 2018. Tim DVI Polda Lampung mencatat jumlah korban meninggal dunia sampai saat ini mencapai 81 orang, serta korban luka mencapai 250 orang, sampai saat ini petugas masih melakukan pencarian di lokasi bencana tsunami. ANTARA FOTO/Ardiansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memastikan tsunami Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 lalu dipicu oleh erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Erupsi anak gunung Krakatau memicu guncangan vulkanik. Dan guncangan ini memicu terjadinya collapse (keruntuhan) lereng kepundan (kawah) gunung. Luas area yang collapse itu mencapai 64 hektar," kata Dwikorita saat konferensi pers di kantor BMKG, Jakarta, Senin, 24 Desember 2018.

Baca: 5 Fakta Tsunami Selat Sunda: Dari Erupsi - Longsor Bawah Laut

Kepastian tersebut didapat BMKG berdasarkan koordinasi data terakhir dari berbagai lembaga seperti Kementerian Koordinator bidang Maritim, Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Geologi ESDM.

Dwikorita menuturkan erupsi Gunung Anak Krakatau ini terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 21.03. Pada 24 menit pasca erupsi atau pukul 21.27, tsunami terjadi.

Advertising
Advertising

Baca: Tsunami Selat Sunda: Jeritan Anak dan Pasar Malam yang Hancur

Dari hasil analisis balik atau pemodelan naiknya muka air tsunami itu, kata Dwikorita, sumber dari tsunami tersebut diketahui berasal dari Gunung Anak Krakatau. "Sehingga hari ini, melanjutkan apa yang sudah dikoordinasikan Menko Maritim bersama BMKG, LIPI, dan lembaga yang lain, kami mengkonfirmasikan benar bahwa tsunami ini berkaitan dengan erupsi vulkanik gunung Krakatau," ujarnya.

Lantaran penyebab tsunami adalah aktivitas vulkanik gunung, kata Dwikorita, BMKG tak dapat memantau potensi terjadinya tsunami pada Sabtu lalu. Ia mengatakan BMKG hanya dapat memantau potensi tsunami menggunakan sensor-sensor gempa tektonik, bukan vulkanik.

Baca: Ilmuwan Pernah Ungkap Potensi Tsunami Selat Sunda, Ini Risetnya

"Karena itu gempa vulkanik, kami tidak punya akses. Data itu tidak ada di BMKG, ada di kantor yang lain," kata Dwikorita. "BMKG ini memantau khusus gempa-gempa tektonik, karena lebih dari 90 persen kejadian tsunami di Indonesia itu diakibatkan oleh gempa tektonik."

Tsunami Selat Sunda setinggi tiga meter sebelumnya menerjang kawasan pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu malam, 22 Desember 2018. Berdasarkan pendataan Badan Nasional Penanggulangan Bencana sampai hari ini, imbas tsunami itu mengakibatkan 281 orang meninggal, 1.016 luka-luka dan 57 hilang. Saat ini, pemerintah masih melakukan tanggap darurat bencana.

Berita terkait

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

10 jam lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah Indonesia dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.

Baca Selengkapnya

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

15 jam lalu

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memprakirakan 52,1 persen wilayah berkategori hujan rendah.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

23 jam lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

1 hari lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

1 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

1 hari lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

1 hari lalu

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

Jakarta diprediksi cenderung berawan hari ini, Rabu, 1 Mei 2024. Sejumlah wilayah berpeluang hujan siang nanti.

Baca Selengkapnya

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

1 hari lalu

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

BMKG mencatat kejadian gempa bumi dengan kekuatan M5,5 di wilayah Maluku Utara. Pusat gempa di laut, dipicu deformasi batuan Lempeng Laut Maluku.

Baca Selengkapnya

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

2 hari lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

2 hari lalu

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

Wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.

Baca Selengkapnya