4 Pernyataan Kontroversi La Nyalla yang Menyerang Prabowo

Reporter

Dewi Nurita

Kamis, 13 Desember 2018 06:57 WIB

Prabowo Subianto dan La Nyalla Mattalitti. Dok. Tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah gagal menjadi calon kepala daerah dan berpuasa politik pada pilkada Jawa Timur lalu, La Nyalla Mattalitti kembali muncul menjelang pemilihan presiden 2019. Mantan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini tak muncul begitu saja, melainkan datang dengan membuat pengakuan yang cukup mengejutkan, soal dirinya yang menyebarkan tabloid Obor Rakyat pada pilpres 2014.

Baca: Soal Obor Rakyat, Pakar: La Nyalla Bisa Dituntut Pidana 10 Tahun

"Saya sudah minta maaf ke Pak Jokowi, bahwa saya yang isukan Pak Jokowi PKI. Saya yang sebarkan Obor Rakyat di Jawa Timur dan Madura," ujar eks kader Gerindra ini saat ditemui di kediaman Ma'ruf Amin, Selasa, 11 Desember 2018

Pernyataan kontroversial La Nyalla bukan sekali ini saja dilontarkan. Berikut beberapa pernyataan lain:

1. Mengaku Diperas Prabowo

La Nyalla mengaku telah dimintai uang sebesar Rp 40 miliar oleh Prabowo Subianto. La Nyalla mengatakan Ketua umum Partai Gerindra itu meminta dana kepada dirinya terkait pencalonan sebagai Gubernur Jawa Timur dalam pemilihan kepala daerah 2018. “Saya tidak punya bukti. Namun saya berani sumpah pocong,” ujar La Nyalla pada Tempo, Kamis 11 Januari 2018.

Advertising
Advertising

Menurut La Nyalla, Prabowo menyuruhnya memberikan uang itu sebelum tanggal 20 Desember 2017 agar bisa direkomendasikan. La Nyalla mengatakan, dirinya sudah menyiapkan dana sebesar 300 miliar. Namun menurut dia, uang itu hanya akan ia berikan setelah dirinya resmi didaftarkan ke KPU Jawa Timur. La Nyalla mengatakan Prabowo menolak permintaanya.

Dalam kasus ini, La Nyalla dipanggil oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Berkali-kali dipanggil, berkali-kali pula dia mangkir. Pada akhirnya, La Nyalla mengklarifikasi bahwa uang Rp 40 miliar yang diminta Prabowo bukan mahar melainkan uang dana saksi.

2. Sebarkan Obor Rakyat Memenangkan Prabowo

Eks Kader Gerindra La Nyalla Mattalitti blak-blakan mengakui bahwa dirinya pernah menyebarkan isu Joko Widodo atau Jokowi simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada pilpres 2014, demi kemenangan Prabowo Subianto saat itu.

Baca: La Nyalla, Obor Rakyat dan Isu Jokowi PKI

La Nyalla juga mengaku pernah memfitnah Jokowi beragama kristen, keturunan cina, dan simpatisan PKI. "Saya yang sebarkan obor di Jawa Timur dan Madura," ujar La Nyalla saat ditemui di kediaman Ma'ruf Amin, Selasa, 11 Desember 2018.

Obor Rakyat Bukan Produk Pers

Obor Rakyat terbit pertama kali pada Mei 2014 dengan judul 'Capres Boneka' dengan karikatur Jokowi sedang mencium tangan Megawati Soekarnoputri. Obor Rakyat menyebut Jokowi sebagai keturunan Tionghoa dan kaki tangan asing. Dalam waktu singkat tabloid ini menghebohkan masyarakat pada masa itu.

Pada 4 Juni 2014, tim pemenangan capres dan cawapres Jokowi-JK melaporkan tabloid itu ke Badan Pengawas Pemilu. Bawaslu menjadikan tabloid itu sebagai bukti, dan melimpahkannya ke Bareskrim Mabes Polri. Dalam prosesnya, Tim Tabur atau Tangkap Buron Kejaksaan berhasil menangkap pemimpin redaksi dan penulis tabloid Obor Rakyat Setiyardi Budiono dan Darmawan Sepriyosa.

3. Tantang Prabowo Salat dan Mengaji<!--more-->

3. Tantang Prabowo Salat dan Mengaji

La Nyalla menantang Prabowo adu salat dan mengaji dengan Jokowi, untuk membuktikan bahwa calon presiden inkumben itu tidak anti-Islam. Dia juga mengklaim bahwa Jokowi lebih hebat dari Prabowo urusan beragama.

Baca: Kata Gerindra Soal Tantangan Adu Salat La Nyalla ke Prabowo

"Pak Jokowi berani mimpin salat. Pak Prabowo berani disuruh mimpin salat? Enggak berani. Ayo kita uji keislamannya Pak Prabowo. Suruh Pak Prabowo baca Al-Fatihah, Al-Ikhlas, baca bacaan salat. Kita semua jadi saksi," ujar La Nyalla di kediaman Ma'ruf Amin, Selasa, 11 Desember 2018.

Menanggapi tantangan tersebut, juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahean menilai tantangan tersebut tidak relevan dengan ajang pemilihan presiden 2019. Sebab, ujar dia, pilpres, seharusnya menguji kapasitas seorang pemimpin dalam mengurus negara, pengetahuan tata negara, dan menguji program para pasangan calon. "Ini yang harus jadi topik. Jangan kita jadikan pilpres ini jadi ajang lomba salat atau lomba mengaji," ujar Ferdinand saat dihubungi Tempo pada Rabu, 12 Desember 2018.

4. Jamin Prabowo Kalah di Madura

La Nyalla mengatakan, dirinya akan mati-matian memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di pilpres 2019 untuk daerah Jawa Timur, khususnya di Madura. "Potong leher saya, kalau Prabowo bisa menang di Madura," ujar La Nyalla saat ditemui di kediaman Ma'ruf Amin pada Selasa, 11 Desember 2018.


Eks Kader Gerindra La Nyalla Mattalitti blak-blakan mengakui bahwa dirinya pernah menyebarkan isu Presiden Joko Widodo atau Jokowi simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada pemilu 2014 silam, saat ditemui di kediaman Ma'ruf Amin, Selasa, 11 Desember 2018. TEMPO/Dewi Nurita

Pada 2014, Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa menang telak di Madura, Jawa Timur dengan meraup 79 persen suara, sedangkan pasangan Jokowi-JK hanya meraup 21 persen suara di pulau yang dihuni empat kabupaten, yaitu Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep.

Baca: La Nyalla: Potong Leher Saya Kalau Prabowo Menang di Madura

Menurut La Nyalla, dulu Prabowo menang di Madura karena termakan isu Jokowi simpatisan PKI yang pernah disebarkan oleh dirinya sendiri lewat Obor Rakyat. "Jadwal orang Madura itu paling sensitif, paling enggak mau dibilang ini bukan agama Islam," ujar dia.

Berita terkait

Jokowi Respons Positif soal Wacana Presidential Club, Berharap Bisa Dilakukan Setiap 2 Hari Sekali

3 menit lalu

Jokowi Respons Positif soal Wacana Presidential Club, Berharap Bisa Dilakukan Setiap 2 Hari Sekali

Jokowi merespons positif wacana Presidential Club yang digagas Presiden terpilih Prabowo Subianto

Baca Selengkapnya

Jokowi Tegaskan Penyusunan Kabinet Baru Hak Prerogatif Prabowo: Kalau Usul-usul Boleh

28 menit lalu

Jokowi Tegaskan Penyusunan Kabinet Baru Hak Prerogatif Prabowo: Kalau Usul-usul Boleh

Jokowi menegaskan susunan kabinet pada pemerintahan mendatang merupakan hak prerogatif Presiden Terpilih dalam hal ini Prabowo

Baca Selengkapnya

Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Bakal Direlokasi ke Bolaang Mongondow

1 jam lalu

Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Bakal Direlokasi ke Bolaang Mongondow

Kementerian PUPR bakal merelokasi merelokasi warga terdampak erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

Prabowo Bakal Bentuk Presidential Club, Megawati, SBY dan Jokowi Masuk di Dalamnya

1 jam lalu

Prabowo Bakal Bentuk Presidential Club, Megawati, SBY dan Jokowi Masuk di Dalamnya

Prabowo disebut akan membentuk Presidential Club yang menjadi wadah pertemuan mantan presiden.

Baca Selengkapnya

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic" Masuk Pemerintahan

2 jam lalu

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic" Masuk Pemerintahan

Pesan Luhut ke Prabowo jangan bawa orang toxic ke pemerintahan

Baca Selengkapnya

AHY Buka Suara Soal Diskusi Pembagian Kursi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

3 jam lalu

AHY Buka Suara Soal Diskusi Pembagian Kursi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Ketua Umum Partai Demokrat AHY buka suara soal diskusi mengenai kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran. Namun ia tak merinci kapan diskusi itu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Instruksikan Pendataan dan Relokasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

4 jam lalu

Jokowi Instruksikan Pendataan dan Relokasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Jokowi meminta pendataan penduduk terdampak erupsi Gunung Ruang dan persiapan tempat relokasi

Baca Selengkapnya

Respons Istana atas Wacana Presidential Club dari Jubir Prabowo

4 jam lalu

Respons Istana atas Wacana Presidential Club dari Jubir Prabowo

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menanggapi wacana pembentukan presidential club yang disampaikan juru bicara Prabowo

Baca Selengkapnya

PSI Sebut Nama Jokowi Jadi Rebutan usai Tak Dianggap PDIP

5 jam lalu

PSI Sebut Nama Jokowi Jadi Rebutan usai Tak Dianggap PDIP

Ketua DPP PSI, Andre Vincent Wenas, mengatakan nama Presiden Jokowi menjadi rebutan di luar PDIP. PSI pun mengklaim partainya adalah partai Jokowi.

Baca Selengkapnya

Kata Pengamat soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club: Kalo Tidak Perlu, Jangan

6 jam lalu

Kata Pengamat soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club: Kalo Tidak Perlu, Jangan

Menurut Ujang Komarudin, pembentukan Presidential Club oleh Prabowo Subianto harus dilihat berdasarkan kebutuhan.

Baca Selengkapnya