Peneliti Remotivi Sebut Ujaran Prabowo Soal Media Berbahaya

Kamis, 6 Desember 2018 12:01 WIB

Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, berpidato saat menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta, Rabu, 5 Desember 2018. Prabowo menyampaikan janjinya untuk para penyandang disabilitas. ANTARA/Hafidz Mubarak A

TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Divisi Penelitian Lembaga Pusat Kajian Media dan Komunikasi Remotivi, Muhamad Heychael, menyebut ajakan calon presiden Prabowo Subianto agar pendukungnya tak percaya dan tidak menghormati media massa dan jurnalis justru berbahaya. Heychael mengatakan, ujaran itu bukanlah bentuk pendidikan politik yang baik dan mendewasakan.

Baca juga: Geram Pemberitaan Reuni 212, Prabowo Omeli ...

"Menurut saya ini jadi berbahaya. Itu bukan pendidikan politik yang mendewasakan," kata Heychael kepada Tempo, Rabu malam, 5 Desember 2018.

Heychael mengatakan media massa di Indonesia memang memiliki masalah keberpihakan. Dia menyinggung sejumlah media yang berpotensi bias ke calon presiden petahana, Joko Widodo, semisal lantaran pemilik medianya merupakan pimpinan partai pendukung Jokowi di pilpres 2019.

Namun, ujar Heychael, Prabowo dan timnya seharusnya memberikan argumen apa yang mendasari ketidakpercayaan tersebut dan meletakkannya secara kontekstual, bukan memukul rata semua pemberitaan dan melabel media.

Advertising
Advertising

"Apa berita yang bisa dikatakan benar dan tidak. Harusnya kan dilihat di situ, bukan kemudian melabel,"

Heychael menuturkan ujaran Prabowo itu menunjukkan lemahnya literasi media di Indonesia. Dia pun menyinggung beredarnya rencana aksi demonstrasi yang dilakukan sebuah organisasi pada siang nanti. Dalam selebaran digital yang beredar, salah satu tuntutan aksi adalah meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika mencabut izin Harian Kompas. Tempo sudah mencoba menghubungi narahubung yang tercantum untuk mengkonfirmasi rencana aksi itu, tetapi belum direspons.

Padahal, lanjut Heychael, tak lagi surat izin untuk usaha media massa di Indonesia. Era surat izin itu hanya pernah ada di rezim Soeharto dengan nama SIUPP, Surat Izin Usaha Penerbitan Pers yang diurus Kementerian Penerangan. Kewajiban memiliki SIUPP ini dicabut di era pemerintahan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.

Heychael berujar, contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa masih banyak pihak belum memahami kanal yang harus dituju jika tak terima dengan pemberitaan media massa.

"Pertama itu salah alamat (protes ke Kominfo). Kedua, apa yang diributkan? Framing atau etik? Kalau framing bisa dengan membuat surat pembaca, boikot masih sah. Kalau etik, ke Dewan Pers," ujar mantan Direktur Remotivi ini.

Heychael melanjutkan, sikap Prabowo yang menganjurkan untuk tidak mempercayai media dan wartawan tanpa membeberkan argumen malah akan membuat pendukungnya tak berpikir kritis. Lebih jauh, Heychael menduga Prabowo dan timnya sedang mengimpor model kampanye Donald Trump di pemilihan presiden Amerika Serikat 2016.

Baca juga: Pidato Lengkap Prabowo yang Memurkai Media soal Reuni 212

Model kampanye itu, kata Heychael, dilakukan Trump dengan membuat publik tak percaya kepada media massa arus utama. "Kalau kita mengikuti Trump, kita tahu salah satu yang membuat dia menang adalah membuat orang tidak percaya media. Dia membuat kekaburan tentang kebenaran," kata Heychael.

Heychael menyebut model kampanye ini berbahaya jika dilanjutkan. Sebab, potensinya adalah polarisasi dan pembelahan di kalangan masyarakat. Dia mengatakan, polarisasi ini bisa berimbas panjang bahkan setelah pemilihan presiden 2019 rampung.

"Siapa pun nanti yang menang setelah 2019 akan menghadapi masyarakat yang terbelah kalau menggunakan metode kampanye seperti ini," ujar pengajar di Universitas Multimedia Nusantara ini.

Heychael mengimbuhkan, media perlu lebih mengambil peran sebagai pendidik di tengah situasi seperti sekarang. Kata dia, literasi media perlu lebih diarusutamakan. Publik perlu mengetahui bahwa kerja-kerja jurnalistik dilakukan dengan transparan dan akuntabel.

Selain itu, media massa juga harus menjelaskan kepada publik ihwal kanalisasi protes terkait pemberitaan. Misalnya, kata Heychael, masyarakat mesti tahu bahwa Undang-undang Pers menjamin wartawan tidak bisa dikriminalisasi dan sudah tak ada lagi SIUPP.

"Media harus lebih menjelaskan proses kerja jurnalistik seperti ini, transparan, akuntabel, menjelaskan hal-hal yang sebetulnya sudah berpegang pada prinsip, sambil mengarusutamakan literasi media," kata Heychael.

Sebelumnya, calon presiden sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memprotes media dan wartawan terkait pemberitaan Reuni 212. Prabowo protes lantaran menilai banyak media kondang tak memberitakan acara itu. Dia juga tak terima dengan media yang menyebut massa yang hadir tak mencapai belasan juta.

Prabowo lantas meminta para pendukungnya untuk tak mempercayai jurnalis dan media massa lagi. "Saya tidak akan mengakui anda sebagai jurnalis lagi. Enggak usah, saya sarankan anda tak usah hormat sama mereka lagi," kata Prabowo dalam pidatonya saat menghadiri acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu, 5 Desember 2018.

Berita terkait

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

34 menit lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Sepakat dengan Luhut, Demokrat Tak Ingin 'Orang Toxic' Gabung Pemerintahan Prabowo

1 jam lalu

Sepakat dengan Luhut, Demokrat Tak Ingin 'Orang Toxic' Gabung Pemerintahan Prabowo

Partai Demokrat sepakat dengan pesan Luhut Binsar Pandjaitan kepada Presiden terpilih Prabowo untuk tidak membawa orang toxic ke kabinetnya.

Baca Selengkapnya

Relawan Tak Menolak Partai Pendukung Anies Gabung ke Pemerintahan Prabowo

3 jam lalu

Relawan Tak Menolak Partai Pendukung Anies Gabung ke Pemerintahan Prabowo

Relawan tak menolak jika partai pendukung Anies-Muhaimin ingin bergabung dengan pemerintahan baru Prabowo - Gibran.

Baca Selengkapnya

Soal Pesan Luhut ke Prabowo, Pengamat Sebut 'Orang Toxic' Bisa Menyasar Siapapun

3 jam lalu

Soal Pesan Luhut ke Prabowo, Pengamat Sebut 'Orang Toxic' Bisa Menyasar Siapapun

Menurut Adi, menteri toxic yang dimaksud Luhut bisa menjadi racun bagi presiden dan merugikan pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Usulan Menteri di Kabinet Prabowo: PAN Siapkan Eko Patrio, Demokrat Utamakan AHY

4 jam lalu

Usulan Menteri di Kabinet Prabowo: PAN Siapkan Eko Patrio, Demokrat Utamakan AHY

Siapa yang bakal mengisi posisi menteri di kabinet Prabowo menjadi perhatian publik. PAN dan Demokrat masing-masing menyebut nama Eko Patrio dan AHY.

Baca Selengkapnya

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

6 jam lalu

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

Luhut menyebut istilah toxic saat berpesan kepada Prabowo Subianto tentang pemerintahan mendatang. Siapa yang dimaksud Luhut?

Baca Selengkapnya

Sikap PDIP dan Demokrat Soal Perlunya Oposisi di Pemerintahan Prabowo

7 jam lalu

Sikap PDIP dan Demokrat Soal Perlunya Oposisi di Pemerintahan Prabowo

Demokrat menilai perlu ada partai yang menjadi oposisi di pemerintahan baru agar terjadi mekanisme checks and balances.

Baca Selengkapnya

Peluang PKB Masuk Koalisi Prabowo, Muhaimin Iskandar: Tunggu Sampai Oktober

16 jam lalu

Peluang PKB Masuk Koalisi Prabowo, Muhaimin Iskandar: Tunggu Sampai Oktober

Muhaimin Iskandar bakal menentukan sikap partainya bergabung atau tidak dalam koalisi Prabowo pada Oktober mendatang.

Baca Selengkapnya

Alasan PAN Siapkan Eko Patrio sebagai Calon Menteri Kabinet Prabowo

17 jam lalu

Alasan PAN Siapkan Eko Patrio sebagai Calon Menteri Kabinet Prabowo

Eko Patrio dianggap telah berhasil memimpin PAN untuk meraih kursi dalam DPRD DKI Jakarta dan DPR RI.

Baca Selengkapnya

Soal Partai di Luar KIM Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Punya Masalah dengan PKS

20 jam lalu

Soal Partai di Luar KIM Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Punya Masalah dengan PKS

Politikus Gerindra mengatakan belum ada komunikasi langsung dari PKS untuk bergabung dengan koalisi Prabowo.

Baca Selengkapnya