Pemkab Kulon Progo Terapkan Pendidikan Karakter
Senin, 12 November 2018 00:23 WIB
INFO NASIONAL - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menerapkan pendidikan karakter untuk seluruh siswa sekolah mulai awal 2018 lalu. Pendidikan ini merupakan pengejawantahan program Revolusi Mental yang terdapat dalam Nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo yang ditemui Jumat, 31 Oktober 2018, mengatakan, program pendidikan karakter diterapkan berdasarkan Peraturan Daerah yang dibuat pada 2015 dan disetujui Menteri Dalam Negeri pada akhir 2016.
“Perda ini mewajibkan anak-anak sekolah untuk bekerja bakti, menerapkan tatacara masuk kelas seperti dahulu dengan memberi hormat pada bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, serta khatam kitab suci masing-masing,” kata Hasto.
Menurut Hasto, pendidikan karakter merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk menanamkan ideologi dengan membawa pilar pengamalan Pancasila, religiositas, dan budi pekerti berbasis lokal. Tiga mata pelajaran itu termasuk kegiatan ekstrakurikuler wajib bagi siswa.
“Kita tahu bahwa pengaruh gadget dan media sosial saat ini tinggi sekali. Kalau kita tidak membangun pendidikan karakter, menurut saya 30 tahun atau 40 tahun lagi bangsa kita bisa jadi bangsa yang tidak jelas,” ujar Hasto.
Selain pendidikan karakter, Pemerintah Kabupaten juga membuat aturan daerah untuk membangun ideologi yang mendukung revolusi mental. Ia mencontohkan, para pegawai negeri sipil (PNS) di kabupaten ini diminta membeli beras dari gabungan kelompok tani (gapoktan) lokal sehingga penyerapan hasil panen bisa maksimal.
“Alhamdulillah itu berjalan. Kami juga melarang Bulog membawa beras Raskin ke Kulon Progo. Beras Raskinnya harus diganti dengan beras gapoktan lokal,” kata Hasto di hadapan ratusan pelaku usaha kecil dan menengah di Tara Hotel, Sleman.
Saat ini, Raskin Kulon Progo seluruhnya disuplai oleh gapoktan. Setiap tahun, program Raskin dapat menyerap sekitar 7.000 ton beras produksi lokal yang nilainya mencapai sekitar Rp 50 miliar. “Uang Rp 50 miliar itu dulu larinya ke Vietnam dan India karena beras (Raskin) diimpor dari sana,” kata Hasto.
Selain beras, Hasto mengembangkan produk lokal lainnya. Perusahaan Air Minum Daerah Kulon Progo didorong membuat air minum dalam kemasan dengan merek AirKu (Air Kulon Progo). Pembuatan air minum dalam kemasan ini didorong oleh realitas bahwa masyarakat Kulon Progo sebagian besar meminum air dalam kemasan produksi perusahaan asing.
Ia juga menggagas toko milik rakyat (Tomira) sebagai pengganti toko modern waralaba yang beroperasi dalam jarak kurang dari 1 kilometer dari pasar tradisional. Inovasi ini membuka pasar lebih luas untuk produk lokal.
“Inilah revolusi mental yang harus kita wujudkan. Kita sudah kalah dari sisi teknologi dengan negara lain, karena itu kita harus punya ideologi. Ideologi bisa mengalahkan teknologi,” kata Hasto. (*)