Kisah dari Perbatasan, Saat Warga Lebih Mengandalkan Negeri Jiran

Reporter

Dewi Nurita

Editor

Amirullah

Minggu, 4 November 2018 08:40 WIB

Kehidupan masyarakat di Dusun Gun Tembawang, Entikong, Sanggau, Kalimantan Barat. Daerah ini merupakan perbatasan RI-Malaysia. TEMPO/Dewi Nurita

TEMPO.CO, Entikong - Menetap di wilayah Indonesia tak serta-merta membuat warga Dusun Gun Tembawang di perbatasan Indonesia-Malaysia mengenal rupiah sebagai mata uang. Di dusun terisolir yang terletak di Kecamatan Entikong, Sanggau, Kalimantan Barat, ini hanya berlaku satu mata uang, yakni ringgit Malaysia. Dusun ini memang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kurangnya perhatian pemerintah setempat, membuat warga dusun menggantungkan hidup kepada Malaysia. Mulai dari memenuhi kebutuhan pokok, sekolah, hingga kesehatan.

Baca: Menilik Kehidupan Prajurit TNI di Tapal Batas

Kepala Dusun Gun Tembawang, Marselus Gaut, 56 tahun, bercerita bahwa dia dan warga dusun masih mencintai Indonesia, namun pemerintah setempat tidak pernah mengacuhkan kehadiran mereka. “Kami tak punya jalan, sekolah. Kalau saya ceritakan penderitaan kami sepanjang malam, mungkin tidak akan habis,” ujar Marselus saat Tempo berkunjung ke Dusun Gun Tembawang, Rabu, 31 Oktober 2018.

Kalau orang bilang Indonesia sudah merdeka, ujar Marselus, warganya tidak pernah merasakan kemerdekaan itu. “Maka jangan heran, kalau orang Gun Tembawang ini banyak yang pindah ke Malaysia karena tidak diperhatikan pemerintah,” ujar Marselus.

Lelaki paruh baya itu mengatakan, saat ini jumlah warga dusunnya sekitar 170 orang. Jika tidak ada yang pindah ke Malaysia, warga dusun sebetulnya mencapai 300-400 orang. Dengan kata lain, setengah dari warga dusun sudah pindah ke Malaysia. Termasuk sebagian keluarga Marselus. “Keluarga saya itu 10 kakak-beradik, 5 diantaranya sudah pindah ke Malaysia,” ujar dia.

Advertising
Advertising

Kehidupan masyarakat di Dusun Gun Tembawang, Entikong, Sanggau, Kalimantan Barat. Daerah ini merupakan perbatasan RI-Malaysia. TEMPO/Dewi Nurita

Sehari-hari, warga dusun bekerja sebagai petani dan juga berladang. Hasil kebun mereka berupa sahang atau lada, terong asam, jahe, cabai dan bawang kucai. Semuanya dijual ke Malaysia. Sebab, akses jalan lebih mudah ke Malaysia, ketimbang harus menjual ke Entikong. Ongkos menuju Entikong, juga tiga sampai empat kali lebih besar daripada ke Malaysia. “Kalau untuk ke Entikong, kami bawa hasil kebun 100 kilogram, untuk ongkos di jalan saja tidak cukup. Kalau ke Malaysia, biar kita bawa 5 kilogram, dihargai 2 ringgit per kilo, masih dapat 10 ringgit,” ujar Marselus.

Warga Dusun Gun Tembawang terbiasa berjalan kaki melewati jalan semak belukar yang mendaki menurun menuju Malaysia, untuk menjual hasil kebun mereka. Baik laki-laki atau perempuan, terbiasa memikul berkilo-kilo hasil kebun menggunakan keranjang bambu, yang kemudian talinya disangkutkan ke kepala. Tidak sampai dua jam, warga dusun sudah bisa sampai di Malaysia dengan berjalan kaki ke Kampung Sepit, Malaysia. Jika ingin ke Kuching, bisa menggunakan sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar satu jam.

Warga keluar masuk Malaysia tanpa paspor, hanya mengandalkan kedekatan sebagai sesama suku Dayak Bidayuh. Suku ini banyak tinggal di Kampung Sepit, wilayah Serawak. Maklum, jangankan paspor, kartu tanda penduduk saja, tak sampai setengah warga yang memilikinya. Sebab, surat-menyurat hanya bisa diurus di Entikong. Untuk menuju kesana memakan waktu sekitar 3-4 jam, itu pun jika cuca bagus. Akses jalan juga tidak memadai. Warga harus menjajal medan berat menuju Entikong dengan sepeda motor melewati jalan paralel perbatasan.

Kehidupan masyarakat di Dusun Gun Tembawang, Entikong, Sanggau, Kalimantan Barat. Daerah ini merupakan perbatasan RI-Malaysia. TEMPO/Dewi Nurita

Dari Desa Gun Tembawang menuju Entikong, Tempo mencoba menjajal jalan tanah merah bercampur kerikil ini dengan motor trail. Tak jarang, motor harus terperosok berkali-kali karena jalan yang jelek. Terlebih sesudah hujan, motor tak bisa lewat dan harus didorong mendaki menurun jalan. Salah sedikit, motor bisa masuk jurang. Belum lagi jika melewati jembatan tipis, yang hanya pas ukuran ban sepeda motor, harus bersabar dan sangat berhati-hati. Bukan hanya satu, tapi kurang lebih 20 jembatan yang harus dilewati.

Baca: Wiranto Minta BNPP Percepat Pembangunan Daerah Perbatasan

Tak cukup melewati jalan yang rumit itu saja, setelahnya harus melewati Sungai Sekayam dengan speed boat. Jangan bayangkan speed boat besar, perahu untuk melewati sungai ini hanya cukup diisi enam orang, dengan mesin kecil di bagian belakang. Jika gelombang datang, perahu kerap teroleng-oleng dan air menyembur masuk ke dalam perahu dan membasahi penumpang. Sungai Sekayam yang dilewati juga berisi batu-batu besar, jika tak ahli, maka perahu bisa menabrak batu dan terbalik.

Patok perbatasan RI-Malaysia di Desa Gun Tembawang. TEMPO/Dewi Nurita

Usai menyusuri sungai selama kurang lebih 45 menit, maka warga baru bisa melihat aspal mulus dan mencapai Entikong dengan mobil carter-an. Ongosnya tak murah, Rp 500 ribu untuk pulang-pergi. Jika membawa barang, dikenakan biaya tambahan sebesar satu ringgit per kilogram. Lengkap sudah. Maka wajar, jika warga dusun lebih menggantungkan hidup ke Malaysia. Sekolah ke Malaysia, sakit pun harus ke Malaysia. Namun, warga juga masih terbatas dengan biaya.

Satu-satunya yang membantu mereka jika sakit, hanyalah satuan tugas TNI yang bertugas di sekitar wilayah perbatasan Entikong. TNI berperan memberikan pengobatan gratis, ikut mengajar anak-anak, dan membentuk badan jalan yang juga mereka gunakan untuk melakukan patroli.

Meski pesimis akan didengar, namun warga dusun tetap berharap agar pemerintah setempat memperhatikan kehidupan mereka. Terutama, untuk akses jalan yang sangat vital untuk kehidupan sehari-hari. Warga Dusun Gun Tembawang mengatakan, selama ini, satu sen pun tidak pernah ada bantuan dari pemerintah setempat untuk mereka. Meski hati masih merah putih, ujar mereka, kemerdekaan tidak sampai ke Gun Tembawang.

Berita terkait

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

12 hari lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

12 hari lalu

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

Militer Israel mengambil kendali atas perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir

Baca Selengkapnya

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

15 hari lalu

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.

Baca Selengkapnya

Nikson Nababan Kunjungi Wilayah Terisolir sekaligus Pantau Pembangunan Jalannya

24 hari lalu

Nikson Nababan Kunjungi Wilayah Terisolir sekaligus Pantau Pembangunan Jalannya

Di akhir masa jabatannya, Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan, berkunjung ke Desa Rura Julu Toruan, Kecamatan Sipoholon, pada Selasa, 23 April 2024.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

28 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

28 hari lalu

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

Emmanuel Macron rapat dengan Perdana Menteri Lebanon untuk mendiskusikan kelompok Hizbullah.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

37 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Warga Gaza Selangkah Lagi dengan Bencana Kelaparan

28 Februari 2024

Warga Gaza Selangkah Lagi dengan Bencana Kelaparan

OCHA memperingatkan warga Gaza tinggal selangkah lagi menuju kelaparan karena bantuan kemanusiaan yang masuk dipersulit

Baca Selengkapnya

5 Negara yang Berbatasan Langsung dengan Israel, Siap Tempur Kapan Saja

17 Februari 2024

5 Negara yang Berbatasan Langsung dengan Israel, Siap Tempur Kapan Saja

Negara-negara yang berbatasan langsung dengan Israel, ada Palestina, Mesir dan Lebanon

Baca Selengkapnya

Israel Rencana Serang Perbatasan Rafah, Mesir Siap-siap

10 Februari 2024

Israel Rencana Serang Perbatasan Rafah, Mesir Siap-siap

Mesir disebut mengirim sekitar 40 tank dan kendaraan pengangkut personel ke Sinai timur laut untuk meningkatkan keamanan di area perbatasan

Baca Selengkapnya