Cerita Aktivis HMI Ketika Merancang Demo ke Kantor PBNU
Reporter
M Yusuf Manurung
Editor
Elik Susanto
Jumat, 26 Oktober 2018 20:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Imran Katmas, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI, mengungkapkan alasan dirinya merancang unjuk rasa ke kantor PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di Jalan Kramat, Jakarta. Menurut Kepala Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan HMI Cabang Jakarta Pusat - Jakarta Utara ini, tujuan demonya adalah solidaritas terhadap Aksi Bela Tauhid di Monas sehubungan dengan kasus pembakaran bendera di Garut, Jawa Barat.
Baca: GP Ansor Siapkan Bantuan Hukum Untuk Anggota Banser NU
Aksi Bela Tauhid pada Jumat, 26 Oktober 2018, merupakan buntut dari peristiwa pembakaran bendera mirip atribut Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI di Garut pada Senin, 22 Oktober 2018. Pembakaran dilakukan oleh anggota Banser NU, lantaran bendera bertuliskan tauhid mirip HTI, organisasi yang dilarang berdasarkan keputusan pengadilan. Munculnya bendara itu dianggap mencederai acara Peringatan Hari Santri di Garut.
Imran Katmas mengaku, rencana unjuk rasa yang digalangnya tidak melewati prosedur organisasi seperti rapat harian. Imran juga tidak melibatkan Ketua HMI Jakarta Pusat - Jakarta Utara, Adim Razak serta Pengurus Besar HMI. Menurut Imran, jika melewati prosedur dan menunggu instruksi induk organisasi akan sia-sia belaka.
"Itu sama halnya dengan menunggu yang tidak pernah terjadi," kata Imran saat dikonfirmasi Tempo, Jumat, 26 Oktober 2018. Imran menegaskan, motivasinya menggalang aksi didorong oleh tidak adanya sikap dari PB HMI terhadap insiden pembakaran bendera di Garut. Sedangkan tuntutannya, Banser NU dibubarkan.
Akibat tidak adanya sikap HMI dalam kasus di atas, kata Imran, masyarakat tidak melihat bahwa HMI sebagai organisasi perjuangan. "Itu yang mendorong saya untuk memperjelas kiblat HMI," kata Imran.
Baca: GP Ansor Minta Maaf atas Kegaduhan Pembakaran Bendera
Mengaku Diintervensi