Banjir Mandailing Natal, 11 Siswa SD Terseret Arus Saat Belajar
Reporter
Sahat Simatupang (Kontributor)
Editor
Syailendra Persada
Sabtu, 13 Oktober 2018 15:16 WIB
TEMPO.CO, Medan - Banjir besar terjadi di 11 kecamatan dan 24 desa di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, pada Jumat malam, 12 Oktober 2018. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar Tatan Dirsan menyebutkan korban meninggal dunia akibat banjir Mandiling Natal berjumlah 11 orang. Korban meninggal umumnya anak- anak.
Baca: Pencarian Korban Gempa Palu Berakhir Hari Ini
Akibat banjir bandang ini, sembilan rumah rusak parah dan 12 lainnya hanyut terbawa arus. Selain itu, tiga gedung pemerintah, antara lain poliklinik dan gedung SD Negeri 235, rusak parah. Adapun gedung PKK hanyut terbawa arus air. "Saat terjadi banjir, siswa SD 235 sedang belajar, dan mereka tersapu air yang datang tiba-tiba," kata Tatan, Sabtu, 13 Oktober 2018.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara Riadil Lubis mengatakan banjir dan longsor terjadi di Kecamatan Panyabungan, Ulu Pungkut, hingga Kecamatan Natal. Menurut Riadil, ada 11 kecamatan dan 24 desa yang tersapu banjir. Jumlah korban meninggal 11 orang dan tertimbun longsor satu orang masih dalam pencarian di Desa Ulu Pungkut. "Beberapa tiang listrik roboh dan menyebabkan listrik padam total hingga Sabtu pagi ini," ujar Riadil, Sabtu.
Pemerintah Mandailing Natal, kata Riadil, menetapkan status darurat. BPBD juga sudah mendirikan dapur umum bagi korban yang kehilangan rumah. "Kami mendata semua korban dan membagi makanan," ucapnya.
Tim marinir dari Sibolga, menurut Riadil, juga telah masuk ke Mandailing Natal untuk mengevakuasi penduduk ke tempat yang lebih aman. "Karena ancaman banjir Sungai Ulu Pungkut masih tinggi," tuturnya. BPBD mengimbau masyarakat untuk menjauhi sungai-sungai dan tetap waspada.
Simak juga: Kisah Fatimatuzzarah, Dokter Muda Relawan Gempa Palu
Kepala Kepolisian Resor Mandailing Natal Ajun Komisaris Besar Irsan Sinuhaji mengatakan evakuasi dan pencarian korban dilakukan dengan hati-hati karena cuaca hujan dan sangat ekstrem. "Prioritas utama kami mencari korban dan tetap mengutamakan keselamatan," katanya. Hingga kini, proses pencarian korban banjir Mandailing Natal masih terus dilakukan.