Sekjen PAN Tunggu Rekomendasi Ijtima Ulama GNPF
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Purwanto
Minggu, 16 September 2018 11:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan persamuhan ulama bertajuk Itjima II yang digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) tak perlu dibatalkan. "Itjima ulama itu memberi rekomendasi. Tidak ada keharusan berdasarkan hukum untuk tidak dilaksanakan," kata Eddy dalam acara pembekalan calon legislatif PAN di Hotel Grand Paragon, Jakarta Barat, Ahad, 16 September 2018.
Eddy berdalih, dukungan masyarakat dari kalangan apa pun penting bagi kemenangan calon pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang diusung salah satunya oleh PAN sebagai calon presiden-wakil presiden. Termasuk juga dukungan dari ulama yang tergabung dalam eks penggerak demonstrasi 212 itu. Karenanya, PAN bakal tetap menunggu hasil rekomendasi GNPF selepas agenda pertemuan itu kelar.
GNPF sebelumnya sudah menggelar Itjima Ulama I yang dihelat pada Juli lalu. Pertemuan 500 ulama waktu itu menghasilkan rekomendasi nama calon pasangan politik. Namun, nama yang diusulkan dalam Itjima Ulama II kepada partai-partai koalisi Prabowo-Sandiaga Uno tak dilirik.
Meski demikian, GNFP tak lantas mengalihkan dukungan. Ketua GNFP Ulama Yusuf Muhammad Martak mengatakan Ijtima II akan membulatkan suara para ulama serta menghasilkan beberapa pakta integritas dan rekomendasi yang akan diusulkan untuk koalisi Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat.
Perihal rekomendasi yang diajukan, Eddy berharap hasil diskusi para ulama itu akan membikin teduh suasana kontestasi pemilihan presiden-wakil presiden 2019. "Meski ada hal yang belum terpenuhi pada Ijtima Ulama I, kami harap hasilnya mempererat keutuhan anak bangsa," ujar Eddy.
Eddy juga mengupayakan, pasca-Itjima II, Prabowo-Sandiaga akan menimbangnya. "Agar hasil Ijtima bulat," ujarnya.
Ijtima Ulama II sempat diminta dibatalkan oleh Ketua Presidium Aksi Bela Islam Kapitra Ampera. Menurut Kapitra, agenda persamuhan Ijtima Ulama II bermuatan politik praktis. Ia kecewa lantaran pertemuan ulama itu terpolarisasi untuk kepentingan politik tertentu.
Baca: Kapitra Ampera Minta Ijtima Ulama II Dibatalkan