Dibangun 1.000 Rumah Untuk Korban Gempa Lombok
Reporter
Tempo.co
Editor
Elik Susanto
Kamis, 13 September 2018 20:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gempa Lombok pada Juli 2018 lalu menimbulkan banyak kerusakan. Rumah penduduk, gedung sekolah, dan tempat ibadah rata dengan tanah. Bantuan untuk rehabilitasi korban gempa terus berdatangan dari berbagai kalangan. Di antaranya PPPA Daarul Qur'an.
Melalui tim siaga bencana, lembaga tersebut memberikan bantuan darurat seperti mendirikan dapur umum dan posko kesehatan. Saat ini fokus bantuan Daarul Qur'an di Dusun Melempu, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, memasuki masa transisi kebencanaan menuju tahap pemulihan.
Baca: Rumah Tahan Gempa Rp 15 Juta Mulai Berdiri di Lokasi Bencana
Upaya yang ditempuh yaitu pendampingan kepada korban gempa supaya semangat hidupnya bangkit kembali. Programnya meliputi pembangunan 200 unit rumah dari 1.000 rumah layak huni di Lombok sebagaimana proyeksi Daarul Qur'an.
"Masyarakat begitu antusias, bukan hanya para laki-laki tapi juga ibu-ibu ikut mendirikan rumah mereka yang sudah hancur," kata General Manager Pendayagunaan PPPA Daarul Qur’an Jahidin dalam rilisnya yang diterima Tempo, Kamis, 13 September 2018.
Menurut Jahidin, tinggal di tenda dengan beralaskan tanah dan beratap terpal, sungguh tidak enak. Selain gampang terserang penyakit, warga sangat repot bila sewaktu-waktu hujan. Ketika malam udara dingin membuat tubuh menggigil, saat siang terik matahari panasnya bukan kepalang.
Penyaluran bantuan kepada korban bencana bukan kali ini saja bagi Daarul Qur’an. Pada bencana Merapi di Jawa Tengah medio 2011, lembaga tersebut membangun 80 unit rumah, disusul 100 rumah di Jailolo, Maluku Utara. Tahun 2016 itu, Jailolo dilanda gempa. "Rumah yang dibangun menggunakan konsep yang sama dengan di Lombok."
Jahidin mengatakan, Rumah Qur’an ini diharapkan menjadi solusi warga untuk menata kembali hidupnya menjadi lebih baik. Konsepnya dibangun secara gotong royong, tujuannya agar nilai kebersamaan terus terjalin.
"Jadi reruntuhan bangunan yang masih bisa dimanfaatkan, kami gunakan kembali. Bangunan itu punya kenangan tersendiri bagi warga. Nah, kekurangannya kami bantu membeli dengan bahan-bahan yang Insya Allah tahan gempa," kata Jahidin.
Proses pembangunannya mulai pertengahan Agustus. “Jadi konsepnya dibangun serentak. Saat ini kami bangun pondasi dulu 200 rumah, Alhamdulilah sudah jadi. Kami lanjutkan membangun tiang-tiangnya. Setelah semuanya rampung, warga menempatinnya sama-sama,” ujar pegiat kemanusiaan Sunaryo Adhiatmoko, yang mendampingi warga membangun kembali rumah-rumah mereka.