Dulu Prabowo, Sekarang Dukung Jokowi, Siapa Saja Mereka?

Selasa, 10 Juli 2018 05:53 WIB

Presiden Jokowi menunggu kedatangan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu, 4 Juli 2018. Sejumlah persiapan telah dilakukan menjelang pertemuan IMF-World Bank itu, di antaranya pengerjaan sejumlah proyek infrastruktur. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa pekan terakhir, nama Tuan Guru Bajang Zainul Majdi menjadi sorotan karena mendukung Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam Pemilihan Presiden alias Pilpres 2019. Padahal, dalam Pilpres 2014, Gubernur Nusa Tenggara Barat ini mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, lawan politik Jokowi. Selain TGB, nama-nama ini juga dulu pernah menyokong Prabowo, namun sekarang berbelok ke Jokowi.

1. TGB Zainul Majdi

TGB merupakan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menjabat selama dua periode, 2008 - 2013 dan 2013 - 2018. Pada periode pertama TGB didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Bulang Bintang. Sedangkan pada periode kedua, TGB didukung oleh Partai Demokrat. Saat ini TGB diketahui masih menjabat sebagai Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat.

Ketika Pilpres 2014, dukungan TGB sangat berpengaruh terhadap suara Prabowo-Hatta di NTB. Pasangan ini menang telak dari lawan mereka, Jokowi-Jusuf Kalla (JK). Kala itu, Prabowo-Hatta memperoleh 70 persen suara.

Baca: Dukung Jokowi, TGB : Bangun NTB Saja Dua Periode

Advertising
Advertising

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menilai peryataan itu dilontarkan TGB karena, dia merasa yakin memiliki peluang untuk maju sebagai Cawapres Jokowi. Peryataan itu kemudian didukung oleh Djayadi Hanan, pengamat politik dari Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang mengatakan peluang TGB untuk menjadi Cawapres Jokowi masih terbuka.

TGB mengatakan dukungan terhadap Jokowi murni atas penilaian pribadi. Menurut dia Jokowi memiliki perhatian khusus di wilayah Indonesia timur. Seperti pembangunan infrastruktur yang tidak sebatas mempertimbangkan keuntungan bagi ekonomi nasional. "Saya merasakan tidak cukup lima tahun mengeksekusi keutuhan visi misi program. Jadi butuh waktu yang relatif cukuplah, dua periode," kata TGB kepada Tempo, Kamis, 5 Juli 2018.


2. Ali Mochtar Ngabalin

Ketika Pilpres 2014, Ngabalin pernah melontarkan pernyataan keras yang menyinggung kemenangan Jokowi-JK. "Perjuangan yang kami lakukan tidak berhenti sampai di sini dan mendesak Allah SWT berpihak kepada kebenaran, berpihak kepada Prabowo-Hatta. Mendesak Allah turunkan bala tentaranya tolong Prabowo," kata Ngabalin.

Ucapan Ngabalin tersebut terekam dalam video yang diunggah ke Youtube. Video berdurasi 6 menit 38 detik itu direkam saat Halal Bihalal di Rumah Polonia, Ahad, 3 Agustus 2014 yang diadakan tim pemenangan Prabowo-Hatta.

Simak: Ngabalin: TGB Dukung Jokowi Pasti Lewat Istikharah

Namun, kini Ngabalin yang juga politikus Golkar ini balik mendukung Jokowi. Bahkan, ia menjadi Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP). Kepala KSP Moeldoko mengatakan Ngabalin memiliki tugas khusus yakni untuk melawan suara sumir dari kubu oposisi Jokowi.

Ali Mochtar Ngabalin mengatakan keputusannya untuk mendukung Jokowi karena tidak ingin ada masyarakat yang memfitnah pemerintah. "Saya harus menyampaikan bahwa tidak ada kezaliman yang dilakukan pemerintah ini, tidak ada kebohongan, tidak ada kemunafikan, tidak ada tipu-menipu," kata Ngabalin saat ditemui di Kantor KSP, Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis, 24 Mei 2018.

3. Idrus Marham

Idrus Marham merupakan salah satu tokoh penting di kubu Prabowo-Hatta ketika Pilpres 2014. Ia merupakan koordinator Koalisi Merah Putih, gabungan partai pendukung Prabowo-Hatta. Koalisi ini berisi Gerindra, PKS, PAN, PPP, dan Golkar

Saat itu, Idrus Marham mengatakan bahwa partainya mendukung Prabowo-Hatta usai melakukan salat istikharah. Ia bahkan melontarkan pernyataan bahwa Prabowo dan Jokowi itu berbeda. Menurut Idrus Prabowo lebih tepat disebut sebagai pemimpin sedangkan Jokowi merupakan manajer.

Baca juga: TGB Dukung Jokowi, Idrus Marham: Dia Rasional dan Realistis

Dukungan Idrus kemudian berubah kepada Jokowi seiring dengan masuknya Partai Golkar dalam koalisi pemerintah. Saat itu, Golkar yang dipimpin Aburizal Bakri memutuskan untuk bergabung dan mendukung pemerintah.

Sekarang Idrus Marham bahkan menulis sebuah buku berjudul "Keutamaan Jokowi: Studi Kepemimpinan Nasional dalam Perspektif Kesinambungan dan Pembangunan" yang diluncurkan pada Agustus 2017 silam. Buku ini mengulas sisi positif cara kepemimpinan Jokowi, yang dulu sempat menjadi musuhnya dalam peta politik Pilpres 2014. Kini, Idrus duduk sebagai Menteri Sosial.

Berita terkait

Respons Politikus PDIP soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club

5 jam lalu

Respons Politikus PDIP soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club

Politikus Senior PDIP, Andreas Hugo Pareira, merespons soal keinginan Prabowo Subianto yang membentuk presidential club atau klub kepresidenan.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

6 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

6 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Gagasan Presidential Club Prabowo Disebut Bisa Cegah Tumbuhnya Brutus di Sekeliling Presiden

6 jam lalu

Gagasan Presidential Club Prabowo Disebut Bisa Cegah Tumbuhnya Brutus di Sekeliling Presiden

Partai Demokrat menyoroti mimpi SBY setahun lalu yang serupa dengan keinginan Prabowo membuat presidential club.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

8 jam lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

10 jam lalu

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

Zulhas menganggap dukungan dari NasDem dan PKB ke Prabowo sebagai sesuatu yang biasa saja. Ia mengimbau masyarakat tak baper.

Baca Selengkapnya

Prabowo Ingin Bentuk Presidential Club, Demokrat: Gagasan Politik Tingkat Tinggi

10 jam lalu

Prabowo Ingin Bentuk Presidential Club, Demokrat: Gagasan Politik Tingkat Tinggi

Politikus Demokrat anggap gagasan Prabowo Subianto yang ingin membentuk Presidential Club sebagai politik tingkat tinggi.

Baca Selengkapnya

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

11 jam lalu

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

Ni'matul Huda, menilai pernyataan hakim MK Arsul Sani soal dalil politisasi bansos tak dapat dibuktikan tak bisa diterima.

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

11 jam lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

13 jam lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya