Penjelasan BMKG Soal Embun Beku di Dataran Tinggi Dieng

Sabtu, 7 Juli 2018 20:22 WIB

Pemandangan embun menjadi es di perkebunan di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat pagi, 6 Juli 2018. Dieng, dataran tinggi: 2.000 mdpl.

TEMPO.CO, Semarang - Fenomena embun beku yang terjadi di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ternyata tak berkaitan dengan kejadian Aphelion. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko menjelaskan kondisi tersebut lebih disebabkan karena suhu udara lebih dingin saat puncak kemarau.

Iis menuturkan, pada musim kemarau permukaan bumi lebih kering. Karena itu, kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya, yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.

Baca juga: Fenomena Bun Upas, Warga Dieng Sebut Belum Sampai Suhu Ekstrem

“Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan,” ujar Iis saat dihubungi Tempo, Sabtu 7 Juli 2018.

Iis mengatakan, wilayah dataran ringgi di Jawa akan berpeluang untuk mengalami kondisi udara permukaan minus 0 derajat celcius. Hal itu, menurut dia, disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang dari pada dataran rendah.

“Sehingga sangat cepat mengalami pendinginan, apa lagi pada saat cuaca cerah tidak tertutup awan atau hujan. Pada malam hari uap air di udara akan mengalami kondensasi dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan atau rumput,” kata dia.

simak: Viral, Bun Upas, Fenomena Embun Jadi Es di Dieng

Advertising
Advertising

Kondisi itu, dia melanjutkan, mengakibatkan air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku. Kejadian itu pernah dialami di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah, Gunung Semeru Jawa Timur, dan pegunungan Jayawijaya, Papua.

Berbeda kondisinya dengan yang terjadi di negara dengan empat musim, embun beku pada malam hari biasa terjadi pada musim dingin. Iis mengatakan, musim kemarau di Pulau Jawa tahun ini diprediksikan normal, dengan puncaknya pada bulan Juli.

“Puncaknya pada Juli ini dengan membawa udara dingin dan kering angin monsun Australia. Sementara musim kemarau diperkirakan akan berakhir pada Oktober,” kata Iis.

Baca: Embun Beku Dieng, Berkah Sekaligus Bencana bagi Warga

Kejadian tersebut, kata Iis, membuktikan bahwa tidak ada kaitan antara fenomena yang terjadi di dataran tinggi di Pulau Jawa dan fenomena Aphelion yang terjadi kemarin. Aphelion merupakan kondisi di mana matahari berada pada jarak terjauhnya dari bumi.

Aphelion kali ini, kata Iis, bukanlah jarak terjauh bumi-matahari yang pernah terjadi. Jarak Aphelion tahun ini justru lebih pendek, yaitu 2.129 Km dari rata-rata Aphelion yang terjadi tiap tahun. Aphelion tahun 2018 hanya berimplikasi pada panjang durasi hari tahun yang hanya 363,64 hari.

“Aphelion tak berkaitan dengan kejadian suhu dingin permukaan bumi yang tengah fenomenal di beberapa tempat di Pulau Jawa. Sebagai bukti, Aphelion tahun lalu terjadi pada 4 Juli 2017, namun suhu minimum terendah di Bandung justru terjadi pada 26 Juli 2017 yaitu 16,6 derajat celcius yang tercatat di Stasiun Geofisika BMKG Bandung,” kata dia.

Berita terkait

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

7 jam lalu

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

Suhu panas muncul belakangan ini di Indonesia, setelah sejumlah besar wilayah daratan benua Asia dilanda gelombang panas (heat wave) ekstrem.

Baca Selengkapnya

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

19 jam lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah Indonesia dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.

Baca Selengkapnya

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

1 hari lalu

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memprakirakan 52,1 persen wilayah berkategori hujan rendah.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

1 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

1 hari lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

1 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

1 hari lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

2 hari lalu

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

Jakarta diprediksi cenderung berawan hari ini, Rabu, 1 Mei 2024. Sejumlah wilayah berpeluang hujan siang nanti.

Baca Selengkapnya

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

2 hari lalu

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

BMKG mencatat kejadian gempa bumi dengan kekuatan M5,5 di wilayah Maluku Utara. Pusat gempa di laut, dipicu deformasi batuan Lempeng Laut Maluku.

Baca Selengkapnya

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

2 hari lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya