TEMPO Interaktif, Yogyakarta:Perubahan iklim akibat pemanasan global diperkirakan menyebabkan 1,9 miliar penduduk dunia, khususnya negara berkembang, akan mengalami krisis air.Sektor pertanian akan mengalami penurunan sekitar 90 persen di akhir abad ini jika tidak ada terpadu secara internasionalLaporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan, dampak krisis air terburuk dirasakan di negara berkembang yang tersebar di kawasan Asia dan Afrika. Diperkirakan 130 juta warga Asia tahun 2050 akan mengalami krisis air dan tahun 2080 1,8 miliar warga Afrika juga mengalami hal serupa.“Jika tidak ada penanggulangan, perubahan iklim karena pemanasan global ini tidak hanya merusak ekonomi manusia, tetapi juga menghilangkan kehidupan,” kata Direktur Jendral Kerjasama Multilateral Departemen Luar Negeri, Rezlan Ishar Jenie, dalam Lokakarya Pelatihan Pengembangan Teknik Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Untuk Kawasan Asia dan Afrika, di Yogyakarta, Selasa (30/9).Lokakarya tersebut diikuti oleh 60 peserta dari 50 negara dari kawasan Asia dan Afrika, dan Indonesia diwakili oleh 10 peserta. Acara tersebut bertujuan meningkatkan kapasitas para pakar dan anggota tim nasional dari negara Asia-Afrika dalam merumuskan strategi nasional untuk adaptasi perubahan iklim dan mengoptimalkan bantuan dana adaptasi (Adaptation Fund).Lokakarya tersebut merupakan tindak lanjut dari New Asian-African Strategic Partnership (NAASP) yang merupakan hasil kesepakatan Pertemuan Puncak Asia-Afrika 2005 di Bandung. Lokakarya ini juga sebagai persiapan pertemuan konvensi internasional perubahan iklim PBB yang akan berlangsung di Bali pada 3-14 Desember 2007.Berdasar laporan terakhir IPCC, krisis air dan kekeringan tersebut juga berdampak fatal terhadap hasil pertanian yang akan mengalami penurunan sampai 90 persen pada akhir abad ini.(muh. syaifullah)