Fahri Hamzah Sebut Prabowo Galang Dana karena Tak Berkuasa
Reporter
Budiarti Utami Putri
Editor
Juli Hantoro
Senin, 25 Juni 2018 16:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah menilai Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kebingungan mencari dana untuk berpolitik sehingga melakukan penggalangan dana publik (crowdfunding). Dia menyebut penggalangan dana itu wajar dilakukan mengingat mahalnya biaya politik.
Apalagi, kata dia, Prabowo telah mengikuti dua kali pemilihan presiden. Fahri Hamzah berujar pilpres adalah kontestasi yang memerlukan biaya politik paling tinggi.
Baca juga: Prabowo Anjurkan Masyarakat Terima Uang Suap Pilkada
"Pilpres ini begitu mahal tapi ditanggung satu orang. Dan itulah Prabowo Subianto hari ini. Prabowo itu bingung karena dia enggak berkuasa," kata Fahri di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 25 Juni 2018.
Prabowo Subianto secara terbuka meminta sumbangan dana kepada para kader dan simpatisannya untuk membantu operasional Gerindra dalam mengikuti pemilihan kepala daerah serentak 2018. Permintaan itu disampaikan melalui video berdurasi hampir 20 menit yang diunggah di akun Facebook Prabowo Subianto. Prabowo menamai aksi itu program Galang Perjuangan.
Perihal bingung karena tak berkuasa ini, Fahri Hamzah berujar bahwa dana bantuan politik paling banyak masuk ke calon inkumben. Dia menyebut Jokowi tak akan kesulitan menghimpun dana. Kata Fahri, Jokowi sebagai petahana memiliki akses lebih luas kepada dana politik.
Baca juga: Galang Dana dari Masyarakat, Benarkah Prabowo Sudah Kehabisan Uang?
"Yang paling banyak duitnya memang Pak Jokowi. Karena dia inkumben, on going project-nya banyak. Itu kasnya banyak. Orang-orang yang dapat fee itu kan pasti mau menyumbang kepada penguasa," kata Fahri.
Dia melanjutkan, aksi galang dana yang dilakukan Prabowo juga menunjukkan rendahnya perhatian pemerintah terhadap pendanaan partai politik. Kata dia, minimnya perhatian itu berdampak pada potensi korupsi demi mengembalikan modal politik.
"Istilah kembali modal ini apa sih sebenarnya, itu artinya kan orang itu didorong untuk mencari uang di luar yang wajar, dan itu lah akar dari korupsi politik," ujarnya.