Pengamat: Undang-undang Tidak Secara Otomatis Menekan Terorisme

Reporter

Alfan Hilmi

Editor

Suseno

Sabtu, 26 Mei 2018 03:17 WIB

Ketua Pansus RUU Anti-Terorisme Muhammad Syafii (kanan) menyerahkan berkas laporan pembahasan RUU kepada pimpinan DPR pada Rapat Paripurna di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 25 Mei 2018. Rapat Paripurna DPR resmi menyetujui revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-Undang. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme sekaligus Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, mengatakan tidak ada produk manusia yang sempurna, begitu juga Undang-Undang (UU) Terorisme. Sebab, pemberantasan terorisme bukanlah soal penguatan regulasi. Bisa saja UU Terorisme secara substansi baik tapi implementasinya di lapangan berjalan bias.

“Adanya undang-undang baru tidak secara otomatis mampu meminimalkan terorisme secara drastis,” ucap Harits lewat keterangan tertulisnya, Jumat, 25 Mei 2018. Harits adalah pemerhati kontra-terorisme. Ia pernah bergabung dengan Hizbut Tahrir (HT) sejak 1993. Harits juga banyak mengkaji buku-buku HT sejak itu.

Pernyataan Harits tersebut sebagai tanggapan atas pengesahan revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut dia, DPR dan pemerintah bersepakat memasukkan kata ideologi, motif politik, dan gangguan keamanan dalam definisi terorisme di UU tersebut.

Harits berpendapat, terorisme bisa dipicu oleh sejumlah faktor domestik, seperti kemiskinan, ketidakadilan, keterpinggiran, kondisi politik dan pemerintahan, dan sikap represif rezim yang berkuasa.

Selain dari faktor domestik, ujar Harits, penyebab lain adalah faktor internasional yang berasal dari negara Barat. “Faktor tersebut adalah ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan dari negara-negara kapitalis, imperialisme negara adidaya di dunia Islam, dan standar ganda dari negara superpower,” tuturnya.

Advertising
Advertising

Harits mengatakan faktor kebudayaan juga bisa memicu tindak terorisme. Misalnya karena perbedaan dalam menginterpretasikan teks-teks ajaran agama. "Maka, menangani semua faktor tersebut tidak cukup hanya dengan UU,” ucapnya. “Butuh pendekatan yang komprehensif dari hulu sampai hilir dan obyektivitas.”

Berita terkait

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

1 hari lalu

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), berikan Sertifikat Penerapan Standar Minimum Pengamanan kepada 18 pengelola objek vital strategis dan transportasi di Jakarta.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

6 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

12 hari lalu

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

Remaja laki-laki berusia 16 tahun telah didakwa melakukan pelanggaran terorisme setelah menikam uskup gereja Asyur di Sydney saat kebaktian gereja.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

13 hari lalu

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

16 hari lalu

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) meminta Polri mewaspadai aktifnya sel terorisme di Indonesia saat konflik Timur Tengah memanas

Baca Selengkapnya

Serangan Teror di Rusia, Kremlin: Tidak Ada Negara yang Kebal dari Terorisme

37 hari lalu

Serangan Teror di Rusia, Kremlin: Tidak Ada Negara yang Kebal dari Terorisme

Juru bicara Kremlin menepis adanya kegagalan dinas keamanan Rusia dalam mencegah penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

37 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya

Beredar Video Interogasi Brutal Empat Pria Tersangka Serangan Moskow

37 hari lalu

Beredar Video Interogasi Brutal Empat Pria Tersangka Serangan Moskow

Video interogasi brutal empat tersangka serangan Moskow yang belum terverifikasi beredar luas, salah satu tersangka ada yang menggunakan kursi roda.

Baca Selengkapnya

Sestama BNPT Ajak Seluruh Pihak Dukung Pembaharuan Perpres RAN PE

43 hari lalu

Sestama BNPT Ajak Seluruh Pihak Dukung Pembaharuan Perpres RAN PE

Sekretaris Utama (Sestama) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Bangbang Surono, mengharapkan dukungan dari semua pihak agar pembaharuan Perpres RAN PE bisa berjalan dengan lancar.

Baca Selengkapnya

BNPT Gandeng Kemendes PDTT Sukseskan Desa Siapsiaga

58 hari lalu

BNPT Gandeng Kemendes PDTT Sukseskan Desa Siapsiaga

Program Desa Siapsiaga merupakan pelibatan semua unsur masyarakat di desa dalam mencegah terorisme.

Baca Selengkapnya