Warga mengendarai motor di jalan pedesaan lereng Gunung Merapi, Stabelan, Tlogolele, Selo, Jawa Tengah, 22 Mei 2018. Sebanyak 362 jiwa warga Stabelan mengungsi pada Senin (21/5) malam akibat letusan freatik Merapi pada pukul 17.50 Wib. ANTARA
TEMPO.CO, Yogyakarta - Setelah statusnya meningkat menjadi waspada, Gunung Merapi mengalami letusan freatik yang kedua, Rabu, 23 Mei 2018 pukul 13.49 WIB. Letusan freatik ini berlangsung dua menit dan terpantau Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melalui pos pengamatan Gunung Merapi Babadan.
Status Gunung Merapi masih dalam level waspada. “Letusan freatik kedua ini disertai arah angin ke barat daya pada ketinggian 3.000 meter,” ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Nyoman Sukarta.
Sebelumnya, Merapi juga meletus pada Rabu, sekitar pukul 03.31. Letusan freatik pertama itu tercatat memiliki tinggi kolom 2.000 meter dengan durasi empat menit. Kolom letusan ke arah barat daya atau arah Kabupaten Magelang dengan jangkauan abu sampai 25 kilometer hingga mencapai Candi Borobudur.
Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta Agus Budi Santoso menuturkan jeda letusan freatik pasca-statusnya meningkat menjadi waspada dan saat terakhir normal cukup lama, yakni 26 jam.
Namun, dengan letusan freatik kedua pada Rabu siang, selang waktu letusan freatik seolah kembali pendek, yakni hanya sekitar 10 jam dari letusan pertama.