TEMPO Interaktif, Surabaya:Aksi diam mengenang kematian aktivis hak asasi manusia, Munir, digelar di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (7/9). Aksi ini diikuti sekitar 40 orang yang sebagian besar mengenakan baju hitam. Hari ini, tiga tahun lalu, Munir meninggal dalam penerbangan dari Jakarta transit di Singapura menuju Amsterdam, Belanda.Dalam aksi ini mereka memanjatkan doa agar kasus terbunuhnya Munir segera terungkap. Mereka juga mengingatkan masyarakat agar terus mendukung perjuangan menegakkan kebebasan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.Kordinator aksi, Direktur LBH Surabaya M Saiful Aris, mengatakan penuntasan pembunuhan Munir memasuki babak penting, yakni digelarnya sidang peninjauan kembali (PK) atas tersangka Polycarpus. Berbagai bukti baru yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum mampu menyentak kesadaran publik. "Memang ada banyak hal dan permainan intelijen di balik pembunuhan Munir," katanya.Namun demikian, kata Aris, digelarnya PK atas Polycarpus dirasa belum cukup untuk membongkar seluruh skenario dan siapa saja yang harus bertanggung jawab atas pembunuhan Munir. Ia mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan bersama-sama untuk mendesak negara agar serius dan berani untuk mencari dan meminta pertanggungjawaban pembunuh Munir.Aris menegaskan, bagi komunitas pembela hak asasi manusia, pembunuhan Munir diartikan tidak semata-mata ditujukan untuk membunuh dan membungkam sikap kritis Munir. "Ini menunjukkan sinyal resistensi berlebihan dari kelompok tertentu akan hadirnya kaum kritis dalam upaya promosi dan pembelaan hak asasi manusia," katanya.Sunudyantoro/Rohman Taufiq