TEMPO Interaktif, Klaten:Hingga Juni 2007, sebanyak 544 anak di bawah lima tahun atau balita di Kabupaten Klaten yang mengalami gizi buruk. Data Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (DKKS) Kabupaten Klaten menyebutkan, sebagian besar anak yang mengalami gizi buruk masih berusia di bawah dua tahun. Mereka tak mendapatkan air susu ibu atau ASI secara eksklusif. "Selama tahun 2006 hanya sekitar 20 persen ibu menyusui balitanya," kata Kepala Subdin Kesehatan Masyarakat DKKS Klaten, Ronny Rukminto.Ronny mengatakan, temuan kasus gizi buruk di Klaten selain kurangnya sosialisasi pemberian ASI eksklusif, juga karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, serta kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan. "Tiap bulan DKKS Klaten melakukan pendataan gizi buruk. Kalau ada anak balita yang timbangannya tidak naik atau di bawah garis merah harus dilaporkan," ujarnya.Untuk menekan jumlah balita bergizi buruk, pemerintah Kabupaten Klaten bekerja sama dengan Unicef Perwakilan Jawa Tengah mencanangkan gerakan menyusui. Pemerintah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang proses inisiasi dini dan pentingnya pemberian ASI eksklusif. Menurut Ronny, Kabupaten Klaten menjadi sasaran promosi inisiasi dini dan penting pemberian ASI eksklusif karena pascagempa ditemukan banyak bantuan yang diberikan kepada anak-anak dalam bentuk susu formula. "Seluruh fasilitas kesehatan harus mendukung praktik inisiasi dini," ujarnya.Proses inisiasi dini adalah sesegera mungkin meletakan bayi pada dada ibunya sesaat bayi lahir setelah sebelumnya dilap seperlunya. Bayi dibiarkan berada dalam dekapan si ibu selama satu jam pertama kelahirannya untuk merangkak dan mencari puting susu ibunya serta mulai menyusui. Mengutip sebuah penelitian yang pernah dilakukan, inisiasi dini pada bayi yang baru lahir mampu menekan angka kematian hingga 22 persen. Imron Rosyid