Cerita Eks Pengurus Gafatar Soal Maraknya Intoleransi

Reporter

Friski Riana

Kamis, 22 Februari 2018 08:19 WIB

Buya Syafii saat mendapat cinderamata ukiran geguritan dari Gerakan Masyarakat Yogya Melawan Intoleransi di Gedung Suara Muhammadyah Yogya, 17 Februari 2018. Tempo/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pengurus organisasi Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar, Adam Mirza, mengatakan intoleransi bukan sekadar fenomena sosial. "Ini bisa dipolarisasi. Virus ini bisa sangat masuk ke mana saja kalau tidak waspada," kata Adam dalam diskusi “Bincang-bincang Toleransi dan Perdamaian di Bulan Kasih Sayang” di Rumah Kembang Kencur, Jakarta, Rabu, 21 Februari 2018.

Adam menuturkan intoleransi yang belakangan marak terjadi, seperti ujaran kebencian, sebetulnya dipicu dari masalah yang menimpa organisasi Gafatar. Menurut dia, ada propaganda dari kelompok intoleran untuk memberikan stigma bahwa Gafatar adalah kelompok agama. "Minim informasi, sehingga stigma begitu melekat. Sehingga organisasi kemasyarakatan non-agama bisa di-stigma-kan menjadi agama," katanya.

Baca:
Buya Syafii: Intoleransi Lampu Kuning, Sultan...
Cara Sultan HB X Selesaikan Kasus Intoleransi...

Menurut Adam, setelah Gafatar, aksi kelompok intoleran itu kemudian merambah ke pemilihan kepala daerah. "Sayangnya pemerintah enggak jeli. Justru termakan propaganda."

Menurut pria 40 tahun itu, Gafatar merupakan organisasi yang menjunjung tinggi toleransi. Keanggotaannya merangkul berbagai elemen masyarakat. Bahkan pernah ada anggotanya yang merupakan mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka dan kelompok Negara Islam Indonesia. "Mungkin dia sudah jenuh dengan konsep-konsep separatisme, ini sudah mau kembali. Gafatar merangkul mereka. Kami enggak lihat perbedaan, junjung tinggi toleransi."

Baca juga:
Persaudaraan Lintas Agama Kritik Intoleransi...
Heboh Selebaran Intoleransi di Rajeg, Kepala Desa...

Advertising
Advertising

Sejak didirikan pada 2011, Adam mengatakan, Gafatar memiliki 52 ribu anggota yang tersebar di 34 provinsi dalam empat tahun. Organisasi ini memiliki misi menjadikan bangsa Indonesia mandiri dan berdaulat secara pangan. Keberadaan organisasi itu, kata Adam, diterima dengan baik oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Sebab, dia menyebut, anggota Gafatar berhasil membuat lahan gambut bisa diolah menjadi lahan pertanian. Karena itu, anggota Gafatar pun tak sulit mendapatkan lahan untuk bertani.

Namun, sejak kemunculan kelompok intoleran, Adam mengungkapkan, pengurus Gafatar sepakat membubarkan diri pada 2015. Alasannya, mereka tak ingin membuat anggotanya yang sudah memiliki semangat toleransi tinggi menjadi hancur karena ketakutan. "Setelah bertahun-tahun, kok tiba-tiba ada masyarakat enggak suka kami. Terus mengusir. Dari dua tempat di Mempawah yang diusir itu, tiba-tiba di 30 titik lainnya di seluruh Kalimantan, orang-orang Gafatar dijemput paksa dengan senjata lengkap,” tuturnya.

Berkaca dari pengalaman Gafatar, Adam pun mengimbau pemerintah berhati-hati dengan tindakan intoleransi. "Di tengah semangat kita bertoleransi, kami harap pemerintah mewaspadai ancaman besar. Gafatar yang punya struktur rapi saja bisa dihancurkan. Yang menghancurkan punya sistem lebih rapi."

Berita terkait

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

51 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Bedakan Alergi dan Intoleransi Makanan pada Anak agar Tak Kurang Gizi

24 Januari 2024

Bedakan Alergi dan Intoleransi Makanan pada Anak agar Tak Kurang Gizi

Para ibu diminta tak menyamakan alergi dan intoleransi pada anak karena meski mirip, keduanya berbeda, agar anak tidak kurang gizi.

Baca Selengkapnya

Catatan Akhir Tahun 2023, P2G Minta Kemendikbud Segera Atasi Tiga Dosa Pendidikan

1 Januari 2024

Catatan Akhir Tahun 2023, P2G Minta Kemendikbud Segera Atasi Tiga Dosa Pendidikan

Ada tiga dosa pendidikan yang perlu segera ditangani dan dituntaskan oleh Kemendikbud.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Teken MoU Kerja Sama dengan BNPT, Gibran: Tanggulangi Radikalisme, Terorisme, dan Intoleransi

20 September 2023

Teken MoU Kerja Sama dengan BNPT, Gibran: Tanggulangi Radikalisme, Terorisme, dan Intoleransi

Gibran mengemukakan Pemerintah Kota Solo memang sangat serius dalam penanggulangan masalah intoleransi dan radikalisme.

Baca Selengkapnya

Grace Natalie PSI Bertemu Gibran, Bahas Pilkada hingga soal Intoleransi

21 Juli 2023

Grace Natalie PSI Bertemu Gibran, Bahas Pilkada hingga soal Intoleransi

Grace Natalie mengemukakan pembicaraannya dengan Gibran dilaukan dengan santai sambil makan risol, roti dan ngeteh.

Baca Selengkapnya

Swatch Gugat Malaysia atas Penyitaan Arloji Edisi Peringatan LGBT

17 Juli 2023

Swatch Gugat Malaysia atas Penyitaan Arloji Edisi Peringatan LGBT

Pembuat jam tangan Swatch Group Swiss menggugat Pemerintah Malaysia karena menyita jam tangan berwarna pelangi edisi khusus merayakan hak-hak LGBT

Baca Selengkapnya

Sejumlah Aksi Intoleransi Pembakaran Al-Quran, Terbaru Dilakukan Salwan Momika di Swedia

30 Juni 2023

Sejumlah Aksi Intoleransi Pembakaran Al-Quran, Terbaru Dilakukan Salwan Momika di Swedia

Seorang pria asal Irak, Salwan Momika melakukan aksi intoleransi dengan merobek dan lakukan pembakaran Al-Quran di luar masjid di Stockholm, Swedia.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Pancasila, SETARA Institute Catat Intoleransi Remaja SMA Meningkat

1 Juni 2023

78 Tahun Pancasila, SETARA Institute Catat Intoleransi Remaja SMA Meningkat

Pancasila sering dikalahkan dalam berbagai kasus intoleransi dan secara umum pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan (KBB).

Baca Selengkapnya

Setara Institute Catat Kenaikan Kasus Intoleransi Jelang Tahun Politik

24 Maret 2023

Setara Institute Catat Kenaikan Kasus Intoleransi Jelang Tahun Politik

Setara Institute mencatat terjadi kenaikan kasus intoleransi di Indonesia selama awal tahun 2023.

Baca Selengkapnya