Ahli Imunologi: Vaksin Difteri juga Diperlukan oleh Orang Dewasa

Sabtu, 30 Desember 2017 07:41 WIB

Suasana imunisasi penyakit difteri yang di lakukan oleh dinas kesehatan DKI Jakarta di SMAN 33, Cengkareng, Jakarta, 11 Desember 2017. Tempo/Ilham Fikri

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Iris Rengganis mengatakan bahwa imunisasi difteri untuk rentang usia dewasa tetap diperlukan sebagai upaya pencegahan sekaligus perlindungan kesehatan. Hal tersebut disampaikan menganggapi program Outbreak Response Imunization Difteri (ORI Difteri) dari pemerintah yang hanya dibuat untuk menyasar rentang usia 1-18 tahun.

"Pemberian vaksinasi bagi rentang usia dewasa ini diutamakan di daerah-daerah yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Untuk daerah diluar itu, diutamakan yang berinteraksi secara langsung dengan penderita, seperti suster, dokter, atau relawan kesehatan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Jumat, 29 Desember 2017.

Baca: Wabah Difteri, Pemerintah Perluas Imunisasi ke Semua Provinsi

Merujuk data dari data World Health Organization (WHO), pada kurun waktu 2000-2015, Indonesia masuk 10 daftar negara dengan penyebaran difteri terbesar di dunia. Tahun 2017, kementerian juga telah memetakan 6 wilayah di Indonesia dengan tingkat kasus penyebaran difteri terbanyak, yaitu Jawa Timur sebanyak 271 kasus, Jawa Barat 95 kasus, Banten 81 kasus, Aceh 76 kasus, Sumatera Barat 20 kasus, dan DKI Jakarta 16 kasus.

Dari data tersebut, 18 persen kasus dialami oleh rentang usia 19-40 tahun atau kategori dewasa. Walau demikian, rentang usia terbesar penderita difteri tetap berada di antara umur 1-18 tahun. Seperti yang diketahui, difteri adalah penyakit infeksi akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dampak buruknya bisa menyebabkan kematian. Karena itu, belakangan tengah digalakkan imunisasi untuk mencegah penyakit difteri.

Advertising
Advertising

Baca: Kapolri dan Menkes Resmikan Gedung Baru di RS Polri

Iris mengatakan pemberian vaksinasi bagi rentang usia dewasa dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin atau belum lengkap status imunisasinya. Kepada mereka diberikan 1 dosis vaksin Tdap diikuti dengan vaksin Td sebagai penguat sebanyak 3 kali, dengan pemberian dosis kedua berjarak 4 minggu dari dosis pertama dan dosis ketiga diberikan setelah 6 sampai 12 bulan dari dosis

Kedua, menurut Iris, dewasa yang belum menyelesaikan tiga dosis vaksin Td seri primer diberikan sisa dosis yang belum dipenuhi. "Perlu diingat, bahwa vaksin hanya mampu memberikan perlindungan selama 10 tahun, sehingga setelah 10 tahun, perlu diberikan booster atau penguat," kata dia.

Berita terkait

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

48 hari lalu

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

Imunisasi dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan menyebabkan komplikasi.

Baca Selengkapnya

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

9 Oktober 2023

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

Difteri dapat menyebabkan kematian dalam waktu 48-72 jam jika tidak ditangani secara serius. Segera kenali gejalanya agar cepat mendapat pertolongan.

Baca Selengkapnya

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

8 Juli 2023

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

Otoritas kesehatan di Nigeria mengumumkan negara itu sedang mengalami wabah penyakit difteri setelah terjadi kematian akibat penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

13 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

Jenis vaksin yang menjadi bagian program imunisasi rutin yang disediakan pemerintah semakin beragam. Simak daftarnya

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

7 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

COVID-19 menyebabkan penurunan yang signifikan dalam imunisasi rutin anak. Ini strategi tingkatkan cakupan imunisasi nasional.

Baca Selengkapnya

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

29 April 2023

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

Balto dipuja sebagai pahlawan - menjadi subjek dalam buku dan film. Ilmuwan, dalam penelitian terbaru menemukan keunggulan gen anjing tersebut.

Baca Selengkapnya

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

17 Maret 2023

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri di Jawa Barat tercatat sebanyak 55 suspek dengan konfirmasi positif 13 orang hingga Februari 2023

Baca Selengkapnya

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

16 Maret 2023

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

Penyakit difteri akibat bakteri sangat mematikan.

Baca Selengkapnya

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

28 Juni 2022

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

Dokter mengatakan campak, rubella, dan difteri masih menjadi ancaman bagi anak-anak dan harus segera dicegah penyebarannya melalui imunisasi.

Baca Selengkapnya

Tim: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jauh Lebih Aman dari Uji Klinis Vaksin Tetanus

3 November 2020

Tim: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jauh Lebih Aman dari Uji Klinis Vaksin Tetanus

Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 enegaskan bahwa uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung termasuk yang paling aman.

Baca Selengkapnya