Survei: Pelanggaran HAM Jadi Persoalan Terbesar di Papua

Jumat, 15 Desember 2017 08:17 WIB

Peserta aksi berorasi saat demo untuk merayakan Hari Kemerdekaan Papua Barat dan menuntut penutupan PT Freeport Indonesia, di Jakarta, 1 Desember 2017. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Change.org melakukan kerja sama survei persepsi publik soal permasalahan di Papua. Survei dilakukan pada November lalu selama tiga minggu itu, diikuti lebih dari 27 ribu responden. Ada tiga kelompok responden 2 persen warga Papua asli, 3 persen warga Papua non-asli, dan 95 persen warga Indonesia di luar Papua. Sebanyak 5,51 persen warga asli Papua menganggap persoalan Hak Asasi Manusia adalah persoalan terbesar di Papua.

“Berdasarkan hasil survei, permasalahan di Papua tidak hanya pendidikan, kemiskinan dan miras, namun juga pelanggaran HAM (8 persen),” ujar Cahyo Pamungkas dari tim Kajian Papua, LIPI, dalam keterangannya, Kamis, 14 Desember 2017.

Baca: Terungkap di Dokumen AS, Dana dan Senjata untuk Papua

Penyelesaian persoalan Papua, menurut Cahyo, tidak bisa dilepaskan dari penyelesaian HAM, baik dengan cara pengadilan ataupun rekonsiliasi. Direktur Eksekutif Amnesty International Usman Hamid juga membenarkan hasil survei tersebut. Menurut dia, pelanggaran HAM di Papua merupakan persoalan yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah.

Usman menyebutkan, pemerintah seringkali keliru memandang kasus di Papua, seperti kasus Wasior dan Wamena sebagai satu-satunya kasus pelanggaran HAM terkait hak sipil dan publik. Menurut Usman, kasus Wasir juga menyangkut masalah kekerasan dengan dimensi gender, sosial, politik, hingga motif dasar ekonomi yang luas.

Kelirunya persepsi pemerintah, kata Usman, berdampak dalam menerapkan pembangunan ekonomi dan infrastruktur. “Jadi kalau pemerintah ingin menerapkan pembangunan ekonomi dan infrastruktur harus hati-hati. Timbul sengketa lahan, pelanggaran hak adat, kerusakan hutan,” ujar Usman, di Kantor LIPI, Jakarta Selatan, Kamis, 14 Desember 2017.

Baca: LIPI: Ada Perbedaan Persepsi Soal Kondisi Papua

Advertising
Advertising

Usman menuturkan, jika pemerintah hanya mengutamakan pembangunan ekonomi dan infrastruktur di Papua, maka hal itu bisa memproduksi pelanggaran HAM. Nantinya, dikhawatirkan demokrasi Indonesia yang otonomi khusus di Papua justru melahirkan kesenjangan ekonomi.

Usman mengatakan, pemerintah juga perlu membuka akses media untuk meliput kondisi Papua. Menurt dia, hal itu dapat menjembatani penyelesaian pelanggaran HAM dan mencegah pelanggaran baru. “Di Papua adalah sub-national authoritarian politik. Indonesia sudah demokratis, tapi Papua masih terjebak dalam otoritarianisme,” tutur Usman.

Deputi Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardani mengatakan pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua dan Papua Barat. Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata Jaleswari, melalui Inpres itu telah mengintruksikan lembaga-lembaga terkait untuk mengkaji persoalan Papua secara holistik. “Yang sering dianggap sebagai hambatan adalah mekanisme di lapangannya,” ujar Jaleswari, di Kantor LIPI, Jakarta Selatan, Kamis 14 Desember 2017.

Tokoh Papua, Peter Nales mengatakan, penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Papua perlu dilakukan melalui pendekatan dialog. “Karena dialog tidak membunuh siapa pun. Dialog dikedepankan untuk mencegah konflik sekaligus menyelesaikan masalah Papua terkini,” kata Peter di Kantor LIPI, Jakarta Selatan, Kamis, 14 Desember 2017.

Peter menuturkan dialog itu kemungkinan akan diinisiasi pada 2018 mendatang. Menurut Peter, dialog diperlukan karena banyaknya perubahan demografi akibat migrasi besar-besaran di Papua. Perubahan itu, kata Peter, membuat orang asli Papua sudah menjadi minoritas di tanah mereka sendiri.

“Di Jayapura, Merauke, Timika, Sorong, orang Papua sudah menjadi minoritas. Ada kekhawatiran orang Papua semakin minoritas hingga suatu saat bisa punah. Memang kita butuh dialog,” tutur Peter.

Hasil survei juga menunjukkan, meskipun terdapat perbedaan persepsi dari masing-masing kelompok responden, ketiga kelompok sebesar 93 persen menilai bahwa dialog nasional untuk mencari solusi atas masalah di Papua dianggap penting dan penting sekali. Ketiga kelompok juga menilai bahwa Presiden Jokowi dan masyarakat Papua memegang peranan kunci dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Tanah Papua.

RIANI SANUSI PUTRI

Berita terkait

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

56 menit lalu

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

Aleksander Parapak tewas ditembak kelompok bersenjata TPNPB-OPM saat penyerangan Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

1 jam lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

3 jam lalu

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

Polda Papua akan mengirim pasukan tambahan setelah penembakan dan pembakaran SD Inpres oleh TPNPB-OPM di Distrik Homeyo Intan Jaya.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

4 jam lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

22 jam lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

1 hari lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

1 hari lalu

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

Indonesia dikabarkan tengah mengimpor Indonesia tengah mengimpor sejumlah produk spyware dan pengawasan yang sangat invasif dari Israel.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

1 hari lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

1 hari lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

1 hari lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya