Penyanderaan, Polisi Ungkap Kondisi Terakhir di Mimika, Papua
Reporter
Andita Rahma
Editor
Juli Hantoro
Senin, 13 November 2017 15:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga Desa Kimbely dan Banti, Papua yang terisolasi sempat keluar wilayah kampungnya pada Ahad 12 November 2017. "Kemarin ada ibu hamil yang diantar keluar, mau melahirkan," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Setya Wasisto di Mabes Polri, Senin, 13 November 2017.
Adapun warga dua kampung itu menurut Setyo masih memerlukan bantuan makanan, khususnya susu untuk anak-anak. Pemerintah daerah setempat sudah mengirimkan dua kontainer yang berisi kebutuhan para warga."Dibantu juga untuk distribusinya," kata dia.
Baca juga: Polda Papua Bantah Memanipulasi Kabar Penyanderaan di Mimika
Sedangkan untuk bantuan medis, polisi berharap mereka bisa masuk ke dalam wilayah tersebut dengan membawa tim kesehatan. "Anak-anak itu kasihan, harus mendapat asupan gizi yang cukup," ujar Setyo.
Sudah sekitar satu pekan kelompok bersenjata telah menyandera ribuan orang di Desa Kimbely dan Desa Banti. Para penduduk tidak boleh keluar dari desanya namun tetap boleh beraktivitas.
Polisi masih terus mengupayakan cara persuasif untuk menyelesaikan polemik tersebut. Tahap negosiasi itu dilakukan melalui tokoh agama dan tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat ini diutamakan yang memiliki marga sama dengan para penyandera.
Namun pengacara Hak Asasi Manusia, Veronica Koman mengatakan warga di Desa Banti, Tembagapura, Mimika masih belum menerima bantuan makanan dari Pemerintah Provinsi Papua hingga pagi tadi. Veronica juga mengatakan dirinya belum mengetahui apa penyebab bantuan makanan tersebut belum bisa sampai di Desa Banti.
Baca juga: OPM Bantah Menyandera 1.300 Warga Mimika Papua
“Kemarin cuma baru kasih simbolik ke kepala suku. Sampai saat ini tidak jelas tertahannya di sebelah mana,” kata Veronica ketika dihubungi Dias Prasongko dari Tempo pada Senin, 13 November 2017.
Pada Ahad, 12 November 2017 Veronica mendapatkan laporan dari sejumlah rekannya di Papua bahwa dalam dua hari terakhir aktivitas TNI dan Polri di daerah itu sangat intensif. Aktivis setempat, menurut dia, melaporkan bahwa aparat menahan bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua untuk warga karena khawatir akan jatuh ke tangan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM).
Menurut Veronica, warga sebenarnya masih bisa makan dengan hasil kebun mereka. Namun karena banyaknya aparat kemanan di wilayah itu, warga menjadi enggan pergi ke kebun karena merasa terintimidasi.
“Jadi mereka saat ini makan dari beli di kios-kios saja, itu pun sering banyak ditanya-tanya oleh aparat. Mereka jadi merasa tidak nyaman dan terintimidasi,” kata dia.
Menurut Vero, sejauh ini kondisi di wilayah itu masih aman. Bahkan, lanjut Vero, penduduk Banti keturunan Sulawesi yang notabene sebagai migran mengatakan merasa kondisi di sana aman-aman saja.
“Dari pembicaraan saya dengan warga Banti, sepertinya mereka lebih takut dan terintimidasi dengan TNI atau Polri bukan TPN-OPM," kata dia.