Indonesia Perlu Alternatif Energi Jangka Panjang

Reporter

Editor

Kamis, 21 Juni 2007 12:34 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Indonesia saat ini memerlukan alternatif energi dan bahan bakar jangka panjang. Langkah ini diperlukan untuk mengatasi masalah pemanasan global yang kini mulai berdampak dibeberapa wilayah Indonesia. "Perubahan cuaca mulai terasa di Jakarta. Saat ini seharusnya musim kemarau jadi musim hujan," kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, kepada pers di Hotel Atlet Century Jakarta, Kamis. Sisa-sisa pembakaran yang berupa karbondioksida, dia melanjutkan, harus dikurangi dengan mencari alternatif energi lain. "Australia saat ini sudah menggunakan tenaga ombak. Denmark memakai turbin angin. Dan dibeberapa negara maju ada yang menggunakan panas bumi dan matahari," ungkap Rachmat. Indonesia, dia melanjutkan, memiliki potensi untuk memakai alternatif energi tersebut. Menanggapi soal kemungkinan menggunakan energi nuklir, Rachmat mengatakan itu bisa menjadi solusi yang baik. "Namun resikonya terlalu besar karena kerusakan yang sedikit saja baru bisa terselesaikan 500 tahun," ujarnya. Ia juga mengatakan bahwa budaya berperan penting dalam pembangunan proyek nuklir seperti dinegara-negara maju. "Di negara maju kebersihan sangat dijaga, bahkan kamar mandi di PLTN lebih bersih daripada dirumah sakit," ujarnya. Ketika ditanya apakah Kementrian Lingkungan Hidup setuju dengan pembangunan PLTN di Indonesia, Rachmat mengatakan ia hanya menjalankan kebijakan pemerintah. Kementriannya saat ini berupaya agar proyek tersebut tidak berdampak negatif bagi lingkungan. SORTA TOBING

Berita terkait

Rachmat Witoelar: Rahman Tolleng Guru Semua Orang

29 Januari 2019

Rachmat Witoelar: Rahman Tolleng Guru Semua Orang

Rahman Tolleng mengembuskan napas pada Selasa pukul 05.25 WIB di Rumah Sakit Abdi Waluyo Menteng.

Baca Selengkapnya

Kesepakatan COP 21 Paris Dibayangi Negosiator Bayaran

5 Desember 2015

Kesepakatan COP 21 Paris Dibayangi Negosiator Bayaran

Menurut Rachmat Witoelar, para negosiator ini masih berpikiran business as usual (BAU) dalam menyelesaikan persoalan perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Di COP21 Paris, Indonesia Libatkan Negosiator Non-Formal

3 Desember 2015

Di COP21 Paris, Indonesia Libatkan Negosiator Non-Formal

60 negosiator formal akan turut berunding di COP 21 Paris untuk mencapai kesepakatan.

Baca Selengkapnya

Rachmat Witoelar: Perubahan Iklim Mestinya Jadi Isu Pilkada

8 Oktober 2015

Rachmat Witoelar: Perubahan Iklim Mestinya Jadi Isu Pilkada

Rachmat kecewa masalah iklim hampir tidak pernah dibawa dalam visi misi seseorang yang mencalonkan diri menjadi kepala daerah.

Baca Selengkapnya

Pengurangan Emisi di Indonesia Jadi Kiblat Dunia  

14 Desember 2014

Pengurangan Emisi di Indonesia Jadi Kiblat Dunia  

Konferensi Perubahan Iklim di Lima menyorot pendanaan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Lemot Manfaatkan Energi Terbarukan

16 Oktober 2013

Pemerintah Lemot Manfaatkan Energi Terbarukan

Padahal potensi geotermal berlimpah dan tidak mengemisi gas-gas
rumah kaca.

Baca Selengkapnya

Indonesia Akan Tekan Amerika di Cancun

24 November 2010

Indonesia Akan Tekan Amerika di Cancun

Indonesia berharap ada kesepakatan dari Konferensi Para Pihak PBB untuk Perubahan Iklim di Cancun, Mexico.

Baca Selengkapnya

Menteri Lingkungan: PLTN Ramah Lingkungan Tapi Berisiko

21 Juni 2007

Menteri Lingkungan: PLTN Ramah Lingkungan Tapi Berisiko

"KLH menjaga agar inisiatif itu tidak merusak lingkungan," kata Rachmat Witoelar.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Minta Penyelundup Pasir Ditangkap

12 Maret 2007

Pemerintah Minta Penyelundup Pasir Ditangkap

Satu-satunya langkah untuk menghentikan pengiriman pasir ilegal ke Singapura, kata dia, adalah lewat penegakkan hukum. "Tegakkan saja hukumnya, tangkap yang mencuri dan yang menyembunyikan," kata Rachmat Witoelar.

Baca Selengkapnya

Menteri Lingkungan Desak Pemda DKI Garap Sumur Resapan

7 Maret 2007

Menteri Lingkungan Desak Pemda DKI Garap Sumur Resapan

Dibandingkan dengan pembangunan banjir kanal barat dan timur, pembuatan sumur resapan relatif lebih sederhana dan murah.

Baca Selengkapnya