TEMPO Interaktif, Jakarta:Indonesia saat ini memerlukan alternatif energi dan bahan bakar jangka panjang. Langkah ini diperlukan untuk mengatasi masalah pemanasan global yang kini mulai berdampak dibeberapa wilayah Indonesia. "Perubahan cuaca mulai terasa di Jakarta. Saat ini seharusnya musim kemarau jadi musim hujan," kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, kepada pers di Hotel Atlet Century Jakarta, Kamis. Sisa-sisa pembakaran yang berupa karbondioksida, dia melanjutkan, harus dikurangi dengan mencari alternatif energi lain. "Australia saat ini sudah menggunakan tenaga ombak. Denmark memakai turbin angin. Dan dibeberapa negara maju ada yang menggunakan panas bumi dan matahari," ungkap Rachmat. Indonesia, dia melanjutkan, memiliki potensi untuk memakai alternatif energi tersebut. Menanggapi soal kemungkinan menggunakan energi nuklir, Rachmat mengatakan itu bisa menjadi solusi yang baik. "Namun resikonya terlalu besar karena kerusakan yang sedikit saja baru bisa terselesaikan 500 tahun," ujarnya. Ia juga mengatakan bahwa budaya berperan penting dalam pembangunan proyek nuklir seperti dinegara-negara maju. "Di negara maju kebersihan sangat dijaga, bahkan kamar mandi di PLTN lebih bersih daripada dirumah sakit," ujarnya. Ketika ditanya apakah Kementrian Lingkungan Hidup setuju dengan pembangunan PLTN di Indonesia, Rachmat mengatakan ia hanya menjalankan kebijakan pemerintah. Kementriannya saat ini berupaya agar proyek tersebut tidak berdampak negatif bagi lingkungan. SORTA TOBING
Satu-satunya langkah untuk menghentikan pengiriman pasir ilegal ke Singapura, kata dia, adalah lewat penegakkan hukum. "Tegakkan saja hukumnya, tangkap yang mencuri dan yang menyembunyikan," kata Rachmat Witoelar.