TEMPO.CO, Surabaya – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menyarankan agar pria bernama Tuhan asal Banyuwangi menambah namanya. MUI menilai, penambahan nama tersebut perlu dilakukan agar tidak menimbulkan penafsiran yang menyekutukan Tuhan atau syirik. Selain itu, nama Tuhan kurang pantas dari sudut pandang etika agama.
“Harus ada tambahan Abdu di depan, yang artinya menjadi hamba Allah. Seperti asmaul husna kan harus ada tambahan ‘abdu’-nya seperti nama saya Abdusshomad,” ujar Ketua Umum MUI Jawa Timur KH Abdusshomad Bukhori, Senin, 24 Agustus 2015.
Baca Juga:
Abdusshomad memandang penambahan kata ‘abdu’ menunjukkan makna bahwa seseorang merupakan hamba. Dengan begitu tak menampakkan sifat-sifat ketuhanan yang mustinya hanya dimiliki Tuhan. “Tuhan kan terjemahan dari Illah dalam bahasa Arab. Memang bersifat umum, tapi kalau dita’rifkan di dalam Islam itu menjadi Allah,” ujarnya.
Baca juga:
Heboh, Lelaki Kelahiran Banyuwangi: Saya Memang Tuhan
Begini Asal Mula Si Tukang Kayu Itu Disebut Tuhan
Tuhan ialah nama seorang tukang kayu asal Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Pria 42 tahun itu mendadak tersohor setelah kartu tanda pengenalnya diunggah netizen di media sosial Facebook dengan tambahan kalimat yang mengundang tawa sekaligus penasaran: “Teori Januari Christi terbantah...Tuhan ada di Banyuwangi!!”(Baca: Bikin Geger, Sosok Tuhan Lahir di Banyuwangi pada 1973)
Ayah dua anak itu merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dari pasangan Jumhar dan Dawiyah. Ia mengaku tak tahu alasan orang tuanya memberikan nama Tuhan kepadanya. Postingan itu akhirnya memang ramai di media sosial. Meski begitu suami Husnul Khotimah ini tak tahu persis mengapa baru kali ini namanya menyita perhatian khalayak. (Baca: Tuhan dan Keluarganya Sempat Ketakutan Diburu Wartawan)
ARTIKA RACHMI FARMITA