TEMPO.CO, Kupang - Bakal calon bupati di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sebastian Salang, akhirnya memilih mundur dari proses pencalonan kepala daerah di pilkada serentak. Dia mundur karena diminta membayar mahar politik senilai ratusan juta rupiah sebagai imbalan dukungan partai politik dalam pencalonannya.
"Saya memilih mundur karena uang mahar yang diminta sangat besar," kata Sebastian yang dihubungi Tempo, Rabu, 5 Agustus 2015. Dia mengaku punya niat untuk maju sebagai calon bupati hanya karena ingin membangun Kabupaten Manggarai yang tergolong daerah tertinggal.
Sejak awal Sebastian ingin maju sebagai calon kepala daerah lewat partai dan tidak melalui jalur independen. "Dari awal saya tidak mau melalui jalur independen. Saya mau dicalonkan parpol karena belasan tahun saya mendorong perbaikan parpol demi kemakmuran rakyat," katanya.
Karena itu, Sebastian mengaku kecewa dengan perilaku korup elite partai di daerah. "Ternyata partai politiklah yang menodai demokrasi di negeri ini," ia menegaskan.
Sebastian mengatakan dirinya tidak ingin mencederai atau merusak demokrasi serta melanggar aturan dengan memberikan mahar ke parpol, sehingga dia memilih untuk mundur.
Menurut Sebastian, parpol seharusnya memilih kandidat berdasarkan elektabilitas dan rekam jejak. "Karena itu, saat diminta kasih uang kepada partai politik, saya langsung nyatakan mundur dari pencalonan," katanya, tanpa menyebutkan nama parpol dan nominal uang yang diserahkan.
YOHANES SEO