TEMPO.CO , Yogyakarta: Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan pemerintah DIY berencana menggunakan sepeda listrik untuk alat transportasi guna pengawasan saluran air di seluruh pedesaan.
Sultan kemarin sudah mencoba langsung sepeda listrik hasil kreasi Komunitas Sepeda Sehat Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY di kantor BLPT.
"Sepeda ini cukup cocok sebagai penunjang alat transportasi bagi tenaga penyedia air minum (PAM) di pedesaan, dengan sedikit modifikasi di bagian belakang untuk meletakkan peralatan kerja," kata Sultan.
Sepeda itu ada yang beroda tiga dan empat. Dengan fleksibilitasnya, Sultan menilai sepeda tersebut bisa digunakan memonitoring saluran pipa air bersih yang selama ini menjadi sumber kehidupan warga pedesaan.
"Dibanding kendaraan bermotor, perawatan sepeda ini relatif hemat. Juga fleksibel karena bisa dikayuh tapi bisa juga pakai listrik," kata dia.
Namun, saat Sultan mencoba langsung sepeda itu dengan berboncengan dengan Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti berkeliling Kantor BLPT, Sultan meminta ada sedikit perubahan desain, khususnya pada tempat duduk di belakang.
"Yang ngayuh kakinya masih kena yang bonceng. Jarak rem dan tempat duduk depan masih terlalu lebar," kata dia.
Sultan menuturkan saat ini di DIY ada 600 tenaga PAM pedesaan yang aktif. Kinerja para petugas lapangan itu memerlukan transportasi memadai, yang sesuai karakter wilayah dan bidangnya. Dengan kelonggaran bagian belakang sepeda itu, maka bisa menjadi ruang bengkel mini petugas jika ada masalah dalam saluran air.
"Untuk penyaluran sepeda ini mungkin bias dilakukan bertahap per tahun. Sampai semua petugas mendapatkannya," kata dia.
Sepeda ini dikembangkan sejak awal 2012. Sepeda tersebut bisa menempuh jarak hingga 50 kilometer setelah di-charge selama 7 jam. Untuk menghidupkan dinamo listrik 350 watt, sepeda dilengkapi dengan aki kering 12 ampere.
Kecepatan sepeda listrik ini bisa mencapai 25 kilometer per jam. Jika baterainya habis pun masih tetap bisa dikayuh. Sepeda ini juga telah diujicobakan dengan cara dikendarai dengan beberapa rute. Seperti Kota Yogyakarta-Wonosari Gunung Kidul pulang pergi, Yogyakarta-Candi Borobudur Magelang Jawa Tengah pulang pergi, dan Kota Yogyakarta-Kaliurang Sleman.
Inisiator sepeda, yang juga mantan Sekretaris Daerah DIY Tri Harjun Simaji, menuturkan sepeda itu juga pernah diujicoba di kawasan Jakarta dari Blok M sampai Kawasan Ancol.
Dengan roda tiga atau empat yang ditanamkan pada sepeda maka sepeda ini bisa ramah pada penyandang cacat, lansia, dan anak-anak.
"Roda tiga sebagai penstabil jika sepeda membawa lebih banyak beban disbanding roda dua. Muatannya lebih dari 150 kilogram," ujar dia.
PRIBADI WICAKSONO
Berita Lainnya:
Pembuat Mobil Esemka Buka Bengkel Baru
Kirab Mobil Esemka, Jokowi Duduk di Atap
Mobil Listrik ITB, Bisa Sedan dan Angkut Barang
Lolos Uji Emisi, Besok Mobil Esemka Dikirab
Mobil Listrik ITB Dirancang Feminim