TEMPO.CO, Sumenep - Saleha, 50 tahun, warga Pulau Gili Genting, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menjalani sumpah pocong di Masjid Agung Sumenep, Selasa, 28 Mei 2012. Saleha dituduh menyantet tetangganya, Asmawi, hingga meninggal dunia beberapa hari lalu. "Kami harus sumpah pocong agar ibu saya bisa hidup tenang," kata Sifawati, putri Saleha, kepada Tempo.
Prosesi sumpah pocong yang ditonton banyak warga itu dipimpin Ketua MUI Sumenep KH Mohammad Syafraji. Saat disumpah, Saleha mengenakan kain kafan layaknya orang meninggal. Lalu Saleha mengucap sumpah dengan dibimbing Kiai Syafraji bahwa apabila Saleha terbukti menyantet, maka dirinya akan langsung terkena kutukan.
Menurut Sifawati, tuduhan santet kepada ibunya muncul dua hari sebelum Asmawi meninggal. Kepada anak-anaknya, Asmawi bilang selalu bermimpi bertemu Saleha. Gara-gara mimpi tersebut anak-anak Asmawi mendatangi Saleha untuk meminta air penyembuh. Karena Saleha tidak merasa menyantet, air pun tak diberikan.
Nahas bagi Saleha, esok harinya Asmawi meninggal. Anak-anak Asmawi pun kian gencar menuduh Saleha sebagai tukang Santet. "Hanya dengan sumpah pocong tuduhan kepada ibu akan reda," ujar Sifa.
Namun dalam pelaksanaan sumpah pocong, keluarga Asnawi justru tidak hadir. Menurut Kiai Syafraji, banyak kasus sumpah pocong di Sumenep tidak dihadiri penuduh. ”Itu tandanya tuduhan tersebut tanpa bukti yang kuat," ucapnya.
Dalam Islam, kata Syafraji, sumpah pocong diperbolehkan. Syafraji berharap gejolak yang menimpa Saleha bisa reda setelah melakukan sumpah pocong.
Syafraji juga menjelaskan sebelum dilakukan sumpah pocong, pihak penuduh dan yang dituduh telah dipertemukan di balai desa, tapi tidak ada titik temu. Karena itu diputuskan dilakukan sumpah pocong sebagai jalan terakhir.
MUSTHOFA BISRI
Berita lain:
“Anas Gantung di Monas” Ditanggapi Sumpah Pocong
Warga Dihebohkan Temuan Ular Melahirkan 50 Anak
Titanoboa Si Ular Raksasa
Heboh Ular Piton Pecandu Rokok
Rahasia Ular Terbang Terungkap