TEMPO Interaktif, Jakarta - Koresponden SUN TV yang dibantai massa saat meliput perkelahian di Tual, Maluku, Ridwan Salamun meraih anugerah Udin Award 2011 dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Anugerah diserahkan kepada isteri almarhum, Nurfi Saudah. Acara ini berlangsung pada malam Hari Ulang Tahun AJI ke-17 di Galeri Nasional, Jakarta, Jumat 8 Juli 2011.
Ridwan terpilih berdasarkan penilaian tiga dewan juri Udin Award, yaitu Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Imparsial Poengky Indarti, Sekretaris Jenderal Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia dan Anggota Dewan Pers Bekti Nugroho, dan Eko "Item" Maryadi dari AJI Indonesia.
Ketiga dewan juri mengatakan Ridwan Salamun merupakan sosok yang paling tepat menerima penghargaan Udin Award, di antara enam jurnalis kandidat penerima Udin Award. Kandidat lain adalah, jurnalis harian Aceh Ahmadi, kontributor situs berita Vivanews dan koran The Jakarta Globe di Papua Banjir Ambarita, dan jurnalis harian Solo Pos Triyono.
Ketiga jurnalis ini adalah mereka yang lolos dari peristiwa kekerasan saat menjalani tugas jurnalistiknya. Mereka ada yang dipukuli Komandan Kodim, ada yang diintimidasi tembakan oleh aparat militer, dan ada pula yang ditikam orang tak dikenal.
Kemudian kandidat lainnya, jurnalis tabloid Jubi dan Merauke TV Ardiansyah Matrais, Ridwan Salamun, dan Pemimpin Redaksi Mingguan Pelangi, Maluku, Alfrets Mirulewan. Ketiga kandidat ini meninggal akibat kekerasan yang terjadi sepanjang 2010. Mereka ada yang disiksa sampai mati, ada yang dikeroyok hingga tewas, dan ada yang mayatnya dibuang ke sungai.
Hasil penilaian dewan juri, ada dua kandidat terkuat penerima anugerah Udin Award, yakni, Ridwan dan Triyono, sama-sama meraih skor 380. Kriteria penilaian, keberanian jurnalistik, keteguhan mental, bobot resiko yang dihadapi, serta ketaatan terhadap etika profesi jurnalis.
Dewan juri kemudian memiliH Ridwan Salamun. Almarhum bukan hanya menjadi korban pembunuhan dengan cara keji, tetapi juga menjadi korban mafia hukum.
Para pembunuh Ridwan dibebaskan Pengadilan Negeri Tual. "Bahkan, kendati sudah tak bernyawa, Ridwan ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan terlibat dalam kerusuhan," kata Item, anggota dewan juri dalam siaran persnya.
Udin Award diambil dari nama jurnalis Berita Nasional (Bernas) Yogyakarta Fuad Muhammad Syafruddin yang dibunuh pada 1996. Nama Udin kemudian diabadikan sebagai anugerah tahunan yang diberikan kepada jurnalis yang mengalami tindakan kekerasan.
Ketua AJI Indonesia Nezar Patria mengatakan sejumlah kasus kekerasan terhadap jurnalis terancam tak terungkap, bahkan pelakunya bebas.
"Wartawan Indonesia dicemasi tindakan pemidanaan dengan pasal pencemaran nama baik," kata Nezar dalam sambutannya.
Dalam kehidupan verbangsa, kata Nezar, perbedaan pendapat bisa berujung pada kebencian dan menyebabkan kekerasan.
Ketua Divisi Advokasi AJI Indonesia Margiyono mengatakan, majelis hakim yang membebaskan pelaku pembunuhan Ridwan Salamun merupakan musuh kebebasan pers saat ini. Mereka adalah, di antaranya,Jimmy Waleh dan Herman Siregar.
"Hakim seperti ini membuat ketakutan terhadap jurnalis," katanya.
AJI juga memberikan penghargaan Tasrif Award kepada Tessa Piper, sebagai apresiasi terhadap dedikasinya dalam membantu pers di Indonesia, bahkan sejak era represi pemerintahan Orde Baru.
Tasrif Award diberikan kepada individu maupun lembaga yang telah memiliki kontribusi bagi pers dalam menjalankan tugasnya, seperti memajukan kebebasan berekspresi, mengungkap skandal korupsi, memenuhi hak publik atas informasi, ataupun pemberantasan ketidakadilan.
"Tessa merupakan figur yang paling tepat untuk anugerah ini," kata Ayu Utami, dewan juri Tasrif Award.
HAMLUDDIN