TEMPO Interaktif, Kupang - Sebanyak tujuh desa di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin 9 Mei 2011 kembali direndam banjir setinggi 1 meter. Banjir terjadi menyusul hujan lebat yang melanda wilayah itu sejak Minggu, 8 Mei 2011.
Tujuh desa yang terendam banjir adalah Desa Lasaen, Umato'os, Fafoe, Motaulun, Sikun, Na'as, dan Desa Oanmane. Banjir terparah melanda Sikun karena wilayah ini berbatasan langsung dengan Sungai Benanain.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun, warga yang masih mengungsi lebih memilih bertahan di lokasi-lokasi pengungsian, misalnya di kantor desa dan kantor camat setempat.
Petugas Lapangan Perkumpulan Masyarakat Penanganan Bencana NTT, Roni Seran, mengatakan warga umumnya mengungsi ke rumah-rumah panggung milik warga lainnya.
"Tidak mungkin warga mengungsi ke desa lain karena banjir mengepung hampir seluruh desa," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Senin 9 Mei 2011.
Baca Juga:
Menurut Roni, banjir kembali melanda wilayah tersebut akibat pemerintah belum juga memperbaiki tanggul penahan banjir di Sungai Benanain yang jebol sejak akhir Maret lalu.
Roni menilai perhatian pemerintah Nusa Tenggara Timur terhadap korban banjir di Belu sangat minim, karena banjir selalu berulang sehingga dianggap sebagai hal biasa.
Penanganan yang dilakukan pemerintah, kata Roni, hanyalah menyalurkan bantuan makanan kepada warga. "Sekarang banjir lagi. Warga tidak bisa beraktivitas seperti biasa," ujarnya.
Berdasarkan data Tempo, banjir kali ini adalah yang kedelapan kalinya sejak tanggul Sungai Benanain, sungai terbesar di Kabupaten Belu, jebol akhir Maret lalu.
Selain merendam ratusan rumah warga, banjir juga mengakibatkan ratusan hektare lahan pertanian tidak bisa ditanami padi.
Pemerintah daerah setempat belum juga melakukan perbaikan tanggul meskipun telah tersedia dana Rp 3,6 miliar dari Dinas Pengairan NTT. Pemerintah beralasan, perbaikan tanggul tidak bisa dilakukan karena masih tertimbun lumpur akibat banjir yang terus-menerus terjadi.
YOHANES SEO.