TEMPO Interaktif, Semarang: Komisi Penyiaran Indonesia, Jawa Tengah, menegur pemilik radio Majelis Tafsir Al Quran (MTA) Solo karena siaran dakwahnya meresahkan warga. Di antara isi dakwahnya adalah umat Islam tak perlu tahlilan atau baca surat yasin bila mempertingati kematian.
"Dakwahnya meresahkan dan menyinggung warga Nahdlatul Ulama," kata Zainal Abidin Petir, Kamis (28/5).
Materi dakwah itu, kata Zainal, disampaikan melalui radio oleh Ketua Umum Majelis Tafsir Al Quran Solo, Ahmad Sukino, sampai ke pelosok desa di Jawa Tengah. Zainal menilai, isi dakwah Sukino terlalu sensitif bagi kelompok umat Islam lainnya.
Misalnya, Sukino menyatakan orang meninggal tak perlu diperingati hari ke-tiga, tujuh, hingga hari ke-1000. Selain itu, juga tidak perlu ada ajaran tahlil maupun yasin. Padahal, kata Zainal, kegiatan seperti itu sudah biasa dilakukan oleh warga Nahdlatul Ulama.
Isi siaran radio milik Sukino telah melanggar peraturan Nomor 2 Tahun 2007 dan peraturan Nomor 3 tahun 2007 tentang pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran. Selain itu, kata Zainal, radio yang digunakan dakwah tersebut ternyata belum memiliki izin prinsip siaran. Saat ini, radio tersebut baru mengantongi rekomendasi kelayakan.
Zainal menyatakan, radio MTA bisa mengantongi izin prinsip jika mau mengubah isi siaran dakwahnya. "Sudah kita panggil, mereka siap memperbaiki isi ceramahnya," kata Zainal.
ROFIUDDIN