TEMPO.CO, Banda Aceh - Open Data Lab Jakarta bekerja sama dengan Gerakan Anti-Korupsi (Gerak) Aceh dan Pemerintah Kota Banda Aceh menggelar pelatihan open data (data terbuka) di Banda Aceh pada 1-3 Desember 2015. Pelatihan ini merupakan bagian dari kampanye keterbukaan informasi dan open data untuk transparansi dan partisipasi publik yang lebih baik.
“Diharapkan, melalui proyek ini, jurang informasi antara pemerintah dan warga dapat diperkecil dengan memperkenalkan data terbuka pemerintah yang potensial bagi publik,” kata Eko Prasetyo, Manajer Kebijakan Open Data Lab, tadi malam, Selasa, 1 Desember 2015.
Baca Juga:
Pelatihan diikuti 15 partisipan dari berbagai organisasi, seperti Air Putih, Politeknik Aceh, Code4Aceh, SMKN 5 Telkom Banda Aceh, dan komunitas blogger. Pemberi materi berasal dari Pemerintah Kota Banda Aceh; Open Lab; Selasar; dan Fitra Moerat Ramadhan, Kepala Visualisasi Data Tempo.
Melalui pelatihan ini, pengguna data, seperti organisasi kemasyarakatan, komunitas teknologi, dan mahasiswa, bisa meningkatkan kapasitas mereka menerjemahkan data yang sudah dibuka. "Sehingga menjadi informasi yang penuh guna," ujar Eko.
Pemerintah Banda Aceh juga diharapkan terdorong untuk semakin proaktif dan berkelanjutan membuka data bagi publik. "Karena manfaatnya sudah terasa bagi publik," tutur Koordinator Gerak Aceh Askhalani pada kesempatan yang sama.
Askhalani mengatakan kegiatan yang sudah dilakukan bersama Open Data Lab sejak Juni 2014 ini telah menunjukkan manfaat yang nyata. Pada bidang pendidikan, misalnya, warga kini dapat memilih sekolah untuk anak-anaknya hanya dengan mengakses Internet. "Tidak perlu datang ke sekolah-sekolah," tuturnya.
Dalam pelatihan ini, ada 85 set data milik sebelas satuan kerja Pemerintah Kota Banda Aceh yang "dimasak" peserta. Data tersebut juga bisa diakses pada portal open data Banda Aceh. Sebanyak 17 set data berasal dari Dinas Pendidikan dan 21 set dari Dinas Kesehatan. Data itu termasuk profil guru, anggaran sekolah, profil petugas kesehatan, jumlah wanita dengan kehamilan berisiko tinggi, dan jumlah pasien diare di tingkat desa.
Pada hari pertama, peserta berlatih dengan data dari Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi; Dinas Pendidikan dan Olahraga; serta Dinas Kesehatan. “Partisipan berlatih mengumpulkan data, membersihkan data, menganalisis, serta memvisualisasikan data,” ucap Eko.
YOSEP S.