TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan keterlambatan uji spesimen bukan karena kekurangan alat kesehatan. Melainkan, akibat kurangnya sumber daya manusia atau SDM di laboratorium uji.
“Sejauh ini, kendalanya adalah SDM di setiap laboratorium belum optimal. Masih terbatas personel. Kalau reagen dan alat tes sudah memadai,” ujar Doni usai mengikuti rapat terbatas dengan presiden, Senin, 4 Mei 2020.
Doni menyebut, pemerintah telah mendatangkan lebih dari 420.000 reagen PCR. Kemarin malam, kata Doni, sebanyak 500.000 Viral Transport Medium (VTM) dan ekstrak RNA juga telah tiba. Sehingga, pekan ini 1 juta reagen VTM dan ekstrak RNA sudah dimiliki.
“Dengan demikian, instruksi presiden untuk melakukan testing masif dengan memanfaatkan 59 laboratorium bisa kita lakukan lebih optimal lagi,” ujar Doni.
Sejak dua pekan lalu, Presiden Joko Widodo telah meminta agar 10.000 tes PCR bisa dilakukan setiap hari. Kenyataannya, kata Doni, data riil baru berkisar 6.000-7.000 spesimen yang bisa diuji per harinya.
“Faktornya bukan reagennya, tapi petugas laboratorium kita jumlahnya terbatas. Mereka yang sehari diharapkan bisa kerja 24 jam, namun hanya mampu 8 jam saja,” ujar Doni.
Untuk itu, kata Doni, pemerintah meminta bantuan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) turut membantu SDM di laboratorium-laboratorium daerah. Sehingga, petugas bisa bekerja selama 16 jam. “Kalau sudah bisa 16 jam, bisa di atas 12 ribu spesimen per hari, karena reagen Covid-19 tersedia dan komponen untuk mendukung swab juga tersedia,” ujar dia.