TEMPO Interaktif, Jember:Kenaikan harga beras di Jember dalam sepekan terakhir tidak hanya dikeluhkan oleh warga dan pedagang beras, tapi juga memaksa 40 keluarga Desa Bandilan, Kecamatan Arjasa, Jember, makan bekatul jagung."Harga beras mahal, kami tak sanggup membeli," ujar Mistri, salah seorang warga. Nasi bekatul merupakan bubukan sisa jagung yang ditumbuk. Biasanya, warga mencampurnya dengan nasi aking.Naim, suami Mistri, penghasilannya Rp 7.000 per hari sebagai buruh tak tak cukup untuk makan sehari-hari. Sebab, tidak saban hari ada yang menyuruh kerja ke sawah."Satu minggu kadang hanya bekerja dua hari," katanya.Haga beras di sebagian wilayah Jember telah menembus angka Rp 6.700 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 6.000 per kilogram. Adapun operasi pasar yang digelar Bulog setempat, tetap tak sanggup dibeli oleh warga seperti Naim.Hartono, warga Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Sumbersari, kecewa dengan kenaikan harga beras. "Harga beras Rp 5.000 per kilogram saja saya sudah keberatan. Apalagi sampai naik menjadi Rp 6.700," kata tukang becak itu.Bulog Subdivre XI Jember akan melakukan operasi pasar. "Kami sudah mendengar tentang kondisi warga itu. Kami akan melakukan operasi pasar di daerah-daerah yang warganya makan nasi aking dan bekatul," ujar Kepala Bulog Subdivre XI Jember, Chairil Anwar. Mahbub Djunaidy