TEMPO Interaktif, Jakarta:Nahdlatul Ulama tidak akan pernah kembali ke kancah politik dalam bentuk partai sebagaimana yang terjadi pada masa orde lama. Muktamar tidak merekomendasikan itu, kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Achmad Bagja, usai sidang perpisahan Dewan Pertimbangan Agung Agung di Gedung DPA, Kamis (31/7) siang.
Komentar itu dia sampaikan menanggapi pernyataan Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa, Abdurrahman Wahid, yang mempersilakan NU membentuk partai sendiri beberapa waktu lalu.
Menurut Bagja, jika Nahdlatul Ulama ingin kembali menjadi partai, harus berdasarkan keputusan muktamar. Meski demikian, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memberikan kesempatan para anggotanya yang ingin mendirikan partai.
Sekaran ini Nahdlatul Ulama hanya ingin memusatkan perhatiannya pada bidang-bidng nonpolitik seperti pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. NU hanya terjun dalam bidang politik pemikiran dan bukan politik praktis, ujar Bagja.
Achmad Bagja mengakui dirinya merasa tidak puas terhadap peran partai, DPR dan institusi-institusi yang ada. Oleh karena itu, tambah dia, NU lalu memberikan koreksi. Tidak perlu jadi partai sendiri, tandas dia.
NU pernah berbentuk partai pada masa Orde Lama dan menjadi salah satu kekuatan politik terbesar di tanah air. Dalam pemilu 1955, Partai NU termasuk empat besar periah suara, selain Partai Nasional Indonesia, Partai Masyumi, dan Partai Komunis Indonesia. (Faisal-Tempo News Room)