TEMPO Interaktif, Jakarta:Jumlah pasien yang diduga SARS yang pernah dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr Sulianti Saroso, telah delapan orang, hingga Senin (7/4). Mereka adalah laki-laki dengan inisial (A), 24 tahun datang langsung ke RSPI pada sabtu (5/4) pukul 18.00 WIB atas rujukan rumah sakit Saint Corolus. Ia mengalami sesak napas dan batuk. Saat ini ia masih terbaring diruang isolasi lantai 3 ruang anggrek no. 310. Pasien lain adalah (D), 37 tahun, yang datang sendiri pada minggu (5/4) jam 03.15 WIB. Ia mengalami demam dan batuk. Menurut penjelasan seorang perawat diruang anggrek, ia pernah berkunjung ke Cina. Saat ini menurut salah seorang dokter, Zulkiefli kondisi D sudah agak membaiik. Ia dirawat diruang isolasi ruang anggrek no. 313. Masih pada hari yang sama, pada pukul 18.00 WIB, RSPI kembali menerima (T), 36 tahun yang mengalami demam dan batuk. Ia juga pernah berkunjung ke Cina. Kondisi terakhir masih belum diketahui dan ia berada diruang isoalasi no. 310. Pada dini hari tadi, pukul 00.20 WIB, (FS), 38 tahun datang atas rujukan rumah sakit Haji Jakarta. Ia mengalami demam, pusing dan batuk. Ia pernah berkunjung ke Singapura dan saat ini dirawat diruang isolasi no.309. Menurut Zulkiefli dua pasien pertama kondisinya sudah membaik sementara sisanya masih dalam keadaan mengkhawatirkan. Ia tidak menyebutkan dengan pasti kapan keempatnya akan dipulangkan. Ketika ditanya apa yang akan dilakukan RSPI jika uji klinis menyatakan pasien terjangkit SARS, Zulkiefli menjawab Kami hanya menolong orang agar tidak mati dan mencegahnya agar tidak menyebar. Pasien yang terakhir pulang adalah seorang wanita berinisial (S), 23 tahun yang pulang pada minggu jam 11.30 WIB. Semua pasien yang sudah dipulangkan masih dalam pengawasan pihak rumahsakit untuk menunggu perkembangan lebih lanjut.(Yandi-Tempo News Room)
Berita terkait
Muhammadiyah Klaim Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo soal Kursi Menteri
1 menit lalu
Muhammadiyah Klaim Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo soal Kursi Menteri
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menanggapi soal jatah kursi menteri di Kabinet Prabowo-Gibran.