Foto udara kawasan terdampak banjir bandang aliran Sungai Ciamanuk di Kampung Cimacan, Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (22/9). Berdasarkan data BNPB jumlah korban tewas akibat banjir bandang di Garut mencapai 23 orang dan 18 lainnya masih dalam pencarian. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tri Handoko Seto mengatakan banjir yang terjadi di beberapa daerah membuktikan bahwa Indonesia membutuhkan sistem peringatan dini banjir. Menurut dia, BPPT telah mengembangkan model prediksi hujan yang cukup baik lewat modifikasi cuaca.
“Bencana banjir akhir-akhir ini harus menjadi momen bagi semua institusi untuk bersama-sama membangun sistem cerdas peringatan dini banjir dan tanah longsor,” kata Seto dalam keterangan tertulis, Senin, 26 September 2016.
Ketua Kelompok Kerja Cuaca Ekstrem Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) ini menuturkan beberapa institusi, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), telah memiliki sistem peringatan dini yang diterapkan di beberapa daerah. Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki banyak data tantang banjir.
Begitu pula Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yang memiliki peta rawan tanah longsor. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah melakukan studi kerawanan tanah longsor. Tapi apa yang dilakukan lembaga-lembaga tersebut tidak signifikan dan tidak saling terkoordinasi. “Sehingga secara nasional tidak banyak memberikan kontribusi. Butuh sinergi agar tercipta sistem peringatan dini nasional banjir yang terpadu," ujarnya.
Sistem cerdas peringatan dini banjir, menurut Seto, harus segera disusun dengan melibatkan semua lembaga tersebut.
Seto mengatakan langkah mewujudkan sistem cerdas itu antara lain dengan membuat pusat data, informasi, prediksi, dan operasi yang dilengkapi peralatan canggih serta sistem komputasi berkecepatan tinggi.
Kemudian, melakukan running secara otomatis model prediksi hujan di Indonesia untuk 24 jam ke depan, setiap pagi. “Agar cukup detail, perlu dibagi menjadi sekitar enam wilayah dan dilakukan secara otomatis,” ucapnya.
Jika ada daerah yang diperkirakan akan diguyur hujan dengan intensitas tinggi dalam 24 jam ke depan, nantinya muncul peringatan dini. Deteksi peringatan dini itu, kata Seto, diteruskan ke daerah secara otomatis melalui aplikasi pesan instan atau surat elektronik kepada pemangku kepentingan di daerah, terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
“Agar daerah secara intensif memantau perkembangan cuaca menggunakan data satelit yang update per sepuluh menit plus data radar BMKG yang near real-time,” tuturnya.
Selanjutnya, pemerintah daerah harus menyampaikan kepada masyarakat ihwal sistem distribusi informasi peringatan dini banjir.
“Informasi prediksi hujan ini harus dipadukan dengan peta rawan banjir dan atau rawan tanah longsor. Juga informasi prediksi tinggi gelombang untuk daerah-daerah yang rawan banjir rob,” ucapnya.