Wali kota Tri Rismaharini mengenakan pakaian serba putih saat dilantik. Risma mengenakan sepatu putih buatan UKM eks gang Dolly. TEMPO/Mohammad Syaraffah.
TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku tidak memberi mahar sepeser pun kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat diusung pada Pemilihan Kepala Daerah Surabaya 2015. Risma menyindir Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang mengatakan ada mahar politik bila ingin didukung partai. Karena itu, Ahok memilih jalur independen.
“Demi Allah, demi Tuhan, saya tidak ngasih satu rupiah pun ke PDIP. Coba cek ke dewan pimpinan cabang, pengurus anak cabang, dan anak ranting,” kata Risma di Balai Kota Surabaya, Jumat, 11 Maret 2016.
Menurut Risma, bila PDIP meminta Ahok dekat dengan dewan pimpinan cabang dan pengurus anak cabang, itu memang harus dilakukan supaya mesin partai bisa bergerak. Bila ingin memenangi pilkada, kata Risma, harus ada kerja sama dan menggandeng semuanya. “Baik masyarakat maupun mesin partai harus bergerak bersama,” ujarnya.
Dalam agama, ujar Risma, jabatan itu tidak boleh diminta. Dengan demikian, jika dia maju melalui jalur independen, artinya punya nafsu untuk mencari jabatan. Karena itu, ketika Ahok berbicara tentang mahar politik dan memilih melalui jalur independen, Risma merasa harus mengklarifikasi.
“Saya yakin Pak Ahok juga tidak akan dimintai mahar jika diusung PDIP. Tapi, kalau diminta bertemu dengan kader, itu memang proses,” tuturnya. “Pergerakan mereka (kader PDIP) itu ideologis dan langsung gerak cepat."
Risma menuturkan tetap menolak bila diusung sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. PDIP, kata Risma, juga sudah paham. “Bu Mega (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri) tahu bahwa saya diberi amanah warga Surabaya, jadi tidak mungkin saya ke Jakarta,” ucapnya.