Dikecam Soal LGBT, Menteri Nasir: Karena Kurang Seks

Reporter

Editor

Sugiharto

Senin, 25 Januari 2016 20:50 WIB

Ilustrasi gay / homoseksual. REUTERS/Gleb Garanich

TEMPO.CO, Jakarta - Kecaman terhadap Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir sejak akhir pekan lalu memunculkan cerita menarik.

Guru Besar di bidang Behavioral Accounting dan Management Accounting Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro itu mengaku kesungkanan yang membuat dia menuai kritik tajam. “Pemberitaan jadi keliru, melenceng dari yang saya maksudkan,” katanya kepada Tempo pada Ahad, 24 Januari 2016, di rumah dinasnya, Kompleks Menteri, Jalan Widyan Chandra IV Nomor 21, Jakarta Selatan.

Baca: Dikecam Soal Kritik LGBT, Menteri Nasir Membela Diri

Nasir menceritakan, yang menjadi persoalan adalah dia dianggap melarang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di kampus perguruan tinggi. Anggapan itu muncul setelah pemberitaan di sejumlah media massa pada Sabtu, 23 Januari 2016, menyebutkan Nasir melarang LGBT beraktivitas di kampus.

“Memang saya cuma menyebut aktivitas. Tapi, maksudnya adalah aktivitas seks seperti making love atau menunjukkan kemesraan di kampus,” ujarnya. Itu sebabnya, dia menyatakan pula bahwa aktivitas seksual di kampus merusak moral.

Nasir mengakui, dia sungkan menyebut kata “seks" atau "seksual" dalam penjelasannya. Apalagi, menyebutkan contoh-contoh tindakan yang terlarang itu. “Saya mengira hadirin dan wartawan tahu maksud saya,” kata Nasir. “Juga tak ada yang tanya, aktivitas apa?”

Baca: Menteri Nasir Anggap LGBT Rusak Moral, Netizen Buat Petisi

Namun, bukankah aktivitas seksual di kampus dilarang untuk siapapun tak hanya LGBT? Nasir membenarkan bahwa kesusilaan memang harus dijaga di kampus. Tapi, “Waktu itu konteks pembicaraannya tentang LGBT,” tutur Nasir yang batal menjadi Rektor Undip karena dilantik menjadi menteri pada Oktober 2014.

Sejak akhir pekan lalu, pernyataan Menteri Nasir soal LGBT di kampus menjadi sorotan publik, terutama di media sosial. Ketika meresmikan kampus baru Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) pada Sabtu, 23 Januari 2016, Menteri Nasir berkomentar soal merebaknya komunitas LGBT di sejumlah kampus, di antaranya Universitas Indonesia, juga adanya pendampingan terhadap mahasiswa LGBT yang mengalami masalah pendidikan dan sosial.

Baca: Mahasiswa Beri Konseling LGBT, Begini Respons UI

Pernyataan itu juga disampaikan pada hari yang sama di Salatiga. Sejumlah media menulis bahwa Nasir mengatakan, kelompok LGBT bisa merusak moral bangsa. Dia pun melarang LGBT masuk kampus karena merupakan tempat nilai-nilai kesusilaan bangsa. “Masak, kampus untuk gitu? Ada standar nilai dan susila yang harus dijaga,” ucapnya.

Kontan, Nasir dihantam kritik dan kecaman dari berbagai kalangan. Dari pemerhati sosial, akademisi, hingga aktifis pembela hak-hak LGBT. Mereka lantas membuat petisi untuk menuntut Nasir menarik pernyataannya.

Jobpie Sugiharto

Berita terkait

Beberapa Menteri Ini Ternyata Pernah Jadi Santri

22 Oktober 2021

Beberapa Menteri Ini Ternyata Pernah Jadi Santri

Santri sukses menunjukkan perannya dalam berbagai bidang salah satunya di lingkup pemerintahan. Mulai menjadi menteri hingga presiden

Baca Selengkapnya

Bio Farma: Perlu Rp 103 Miliar untuk Kembangkan Vaksin Covid-19

15 Juli 2020

Bio Farma: Perlu Rp 103 Miliar untuk Kembangkan Vaksin Covid-19

Honesti telah berkomunikasi dengan tim Kementerian Riset dan Teknologi terkait keperluan pembiayaan pengembangan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

CPNS 2019, Peminat Kementerian Riset dan Teknologi Paling Sedikit

27 November 2019

CPNS 2019, Peminat Kementerian Riset dan Teknologi Paling Sedikit

Persaingan dalam seleksi calon pegawai negeri sipil atau CPNS 2019 semakin ketat, namun di sisi lain ada pula formasi yang sepi peminat.

Baca Selengkapnya

Menristek: Dosen PNS Tersangka Terancam Diberhentikan Sementara

3 Oktober 2019

Menristek: Dosen PNS Tersangka Terancam Diberhentikan Sementara

Rektor Insitut Pertanian Bogor (IPB) Dr Arif Satria menjelaskan pihaknya menunggu surat resmi penahanan atas dosen IPB bernama Abdul Basith.

Baca Selengkapnya

Menteri M. Nasir: Berpendapat Tidak Harus Dilakukan di Jalan

2 Oktober 2019

Menteri M. Nasir: Berpendapat Tidak Harus Dilakukan di Jalan

M. Nasir mengaku tak pernah menghalangi siapa saja mengemukakan pendapatnya, namun hal itu tidak harus dilakukan di jalan.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Unjuk Rasa Meluas, Menteri Nasir Kumpulkan Rektor PTN

30 September 2019

Antisipasi Unjuk Rasa Meluas, Menteri Nasir Kumpulkan Rektor PTN

Nasir mengajak para rektor untuk menciptakan suasana yang teduh menjelang pelantikan anggota DPR, serta Presiden dan Wakil Presiden.

Baca Selengkapnya

Kementerian Buka Program Dosen Merenung, Ini Tujuannya

15 Agustus 2019

Kementerian Buka Program Dosen Merenung, Ini Tujuannya

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menghelat program Dosen Merenung agar pengajar bisa mengembangkan potensi keilmuannya.

Baca Selengkapnya

Rektor Asing, Moeldoko: Diawali di Perguruan Tinggi Swasta

14 Agustus 2019

Rektor Asing, Moeldoko: Diawali di Perguruan Tinggi Swasta

Rencana mendatangkan rektor asing di Indonesia akan diberlakukan pertama kali untuk perguruan tinggi swasta.

Baca Selengkapnya

M Nasir: Rektor Asing Jangan Hanya Cari Pekerjaan di Indonesia

5 Agustus 2019

M Nasir: Rektor Asing Jangan Hanya Cari Pekerjaan di Indonesia

Dalam pemilihan rektor asing, M. Nasir berharap akan ada mekanisme yang berbeda dari ketentuan yang saat ini diterapkan, misalnya lewat pansel.

Baca Selengkapnya

Cegah Radikalisme, Menristek Minta Kampus Data Medsos Mahasiswa

26 Juli 2019

Cegah Radikalisme, Menristek Minta Kampus Data Medsos Mahasiswa

Menristekdikti meminta kampus mendata akun media sosial mahasiswa hingga pegawai untuk cegah radikalisme.

Baca Selengkapnya