TEMPO Interaktif, Jakarta: Kepala Badan Metereologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang, Widada Sulistya, mengatakan, Badai Daryl di sebelah berat Australia yang membuat cuaca buruk di Indonesia sudah sirna. Namun, pusaran benih badai baru di pantai utara Australia, tepatnya di Teluk Carpentaria, mulai muncul."Kemunculan badai baru ini harus diwaspadai dampaknya di Indonesia," kata Widada di Semarang, Rabu. Dikatakannya, Badan Metereologi Dunia di Jenewa belum memberikan nama badai baru itu.Diperkirakan, hingga sepekan ke depan, bibit-bibit badai itu akan terus menguat. Meski badai tidak sampai di Indonesia, kata dia, dampaknya akan dirasakan, yakni angin kencang, curah hujan tinggi, disertai petir. Di lautan, dampak badai itu adalah munculnya gelombang yang tinggi dan perubahan arah angin mendadak dalam kecepatan tinggi. "Nelayan harus ekstra hati-hari," tuturnya.Sesuai dengan pantauan foto satelit, hampir seluruh wilayah Indonesia, terkena dampak badai tersebut. Terutama sepanjang laut Jawa, dari Lampung sampai Nusa Tenggara Timur.Dibanding dengan Baday Daryl, intensitas dan besaran pusaran badai baru ini memang lebih kecil. Namun karena pusat badai ini lebih dekat dengan Indonesia, dampaknya akan lebih terasa dan merata di Indonesia. Badai Daryl di Australia pada 20-24 Januari lalu mengakibatkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia tinggi, petir, angin kencang, serta gelombang laut yang tinggi. sohirin