Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi sejumlah Menteri Kabinet Kerja bidang perekonomian dan Pimpinan lembaga keuangan saat konferensi Pers Paket Kebijakan Ekonomi di Istana Merdeka, Jakarta, 9 Seprember 2015. Tempo/ Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo malam ini meluapkan amarahnya karena kisruh pencatutan namanya dalam rekaman percakapan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto, pengusaha Riza Chalid, dan Direktur Freeport Maroef Sjamsoeddin. Ia murka karena merasa lembaga negara dipermainkan.
"Proses yang berjalan di MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) harus kita hormati. Tapi, tidak boleh yang namanya lembaga negara itu dipermainkan. Lembaga negara itu bisa kepresidenan, bisa lembaga negara lain," kata Jokowi di Istana Merdeka, Senin, 7 Desember 2015.
Ia mengaku tak masalah jika dihina karena dinilai gila atau sarap. Tapi, Jokowi tak terima jika namanya dicatut meminta saham sebesar 11 persen. "Kalau sudah menyangkut wibawa mencatut dan meminta saham 11 persen itu yang saya gak mau. Tidak bisa ini masalah kepatutan, kepantasan, dan moralitas," katanya.
Awalnya, Jokowi menyampaikan konferensi pers mengenai pilkada serentak yang akan diadakan pada Rabu mendatang. Setelah mengadakan konferensi pers, Jokowi kemudian ditanya komentarnya mengenai sidang MKD. Awalnya, Jokowi masih memberikan pernyataan yang tenang.
Tapi setelah itu, nada Jokowi terlihat meninggi, matanya pun melotot, tangannya menunjuk, dan suaranya bergetar. Dahi nya pun berkerut saat menyampaikan kalimat, "Saya tidak apa-apa disebut Presiden gila, Presiden sarap."
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
1 hari lalu
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.