TEMPO Interaktif, Jakarta:Dinas penelitian dan pengembangan Markas Besar TNI Angkatan Udara telah meneliti dan membuat bom P100 yang merupakan bom kaliber 100 kilogram yang dirancang untuk sarana latihan para penerbang pesawat Sukhoi dan pesawat standar NATO. Pembuatan bom ini, dilakukan Dinas Litbang TNI AU bekerjasama dengan CV Sari Bahari Malang pada 2005. “Uji cobanya dilakukan pada Januari 2006,” kata Kepala Dislitbang TNI AU Marsekal Pertama J. Subagyo kepada Tempo melalui telpon, Rabu (18/1). Dari hasil uji coba, kualitas bom yang diproduksi cukup bagus. Namun bom tersebut belum dapat diproduksi secara massal karena perlu dana besar. “Yang penting adalah good will (niat baik) untuk menggunakan produksi dalam negeri,” ujar Bagyo.Secara terpisah, Kepala bagian penelitian dan pengembangan (Kabalitbang) Departemen Pertahanan, Lilik Hendrajaya, menyatakan walaupun bom P100 ini merupakan balistik yang belum memakai kendali, tapi TNI AU sudah memiliki pengetahuan untuk membuat bom yang menggunakan kendali. “Masalahnya bom P100 belum resmi digunakan oleh TNI AU,” ujar Lilik. Bom P100 ini sejenis dengan OFAB 100-125. Bom P100 memiliki spesifikasi panjang total 1.130 milimeter, berat total 100-125 kilogram, diameter 273 milimeter. Bom ini dibuat dari bahan besi nodular untuk body, Baja VCN 15 untuk suslub, dan SP – 37 untuk bagian ekor. Ekornya sendiri memiliki panjang 410 milimeter. Bom diisi dengan asap. Kepala staf TNI AU Marsekal Djoko Suyanto mengatakan bahwa tahun ini TNI AU pasti akan membeli persenjataan pesawat Sukhoi dari Rusia. “Namun jika ada produksi dalam negeri yang kualitasnya bagus, kami pasti beli,” ujar Djoko dalam kesempatan berbeda melalui telpon. Fanny Febriana