Salahuddin Wahid atau Gus Sholah. TEMPO/Seto wardhana
TEMPO.CO, Malang - Kiai Haji Sholahudin Wahid mengadukan perkembangan konflik di dalam tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama kepada Kiai Haji Muhammad Tholchah Hasan. Mustasyar PBNU yang juga tokoh pendidikan dan pernah menjadi wakil rais aam serta menteri agama itu diminta menggelar mediasi.
Gus Solah--sapaan Sholahudin--berharap konflik di tubuh PBNU bisa segera diselesaikan. Itu meski pihaknya bersama Forum Lintas Pengurus Wilayah NU menggugat PBNU ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Sudah tiga kali sidang, pihak tergugat tak pernah datang," ujarnya seusai bertemu dengan Tholchah, Minggu 22 November 2015.
Gus Solah datang ke rumah Tholchah di Singosari, Kabupaten Malang, bersama 22 ulama dari forum lintas pimpinan wilayah Nahdlatul Ulama. Para ulama dari forum itu diantaranya Kiai Haji Tarmudzi Tohor dari Riau dan Kiai Ahmadi dari Papua Barat yang memiliki agenda utama menghadiri International Conference on Islamic Scholars (ICIS) di UIN Malang 23-25 November 2015. "Kami bersilaturahmi biasa menyampaikan kejanggalan Muktamar NU lalu," kata Gus Solah.
Gus Solah menilai muktamar yang kembali menetapkan Said Aqil Siraj sebagai ketua umum itu cacat hukum sehingga kaum Nahdliyin resah. Keresahan inilah, katanya, disampaikan kepada Kiai Tholchah. Pertemuan berlangsung tertutup selama satu jam mulai pukul 15.00 WIB.
Usai pertemuan, Gus Solah menyerahkan buku Buku Putih tentang Muktamar Hitam yang disusun oleh Forum Lintas Ulama NU. Disampul belakang buku bertulis kutipan Kiai Haji Achmad Azaim Ibrahim Pengasuh Pesantren Salafiyah Safi'iyah, Sukorejo, Situbondo, yang menyatakan Mufaroqoh (Melepaskan diri dari semua tanggungjawab). "Mufaroqoh prosesnya panjang. Mengapa saya mengumumkan Mufaroqoh? Karena kesalahan imam sudah keterlaluan, sudah khatha'jali."
Kiai Haji Tholchah Hasan enggan memberikan keterangan. Ia memilih berdiam di dalam rumah, setelah berfoto dan mengantarkan para tamu di halaman rumahnya.